Pakar Soal Angka Kematian Covid-19 Naik: Testing, Tracing dan Treatment Kita Rendah
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windu Purnomo mengatakan, tingginya angka kematian di setiap provinsi disebabkan oleh angka kesakitan yang tinggi pula. Angka kematian ini erat kaitannya dengan 3T yaitu testing, tracing, dan treatment.
Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan kasus kematian Covid-19 meningkat 74,80 persen pada periode 22-28 Februari 2021. Berdasarkan data yang dipaparkan Satgas, lima provinsi yang menyumbang kasus kematian tertinggi, yakni Jawa Tengah naik 410 kasus, Jawa Barat naik 117, Jawa Timur naik 73, Nusa Tenggara Timur naik 40 dan Sumatera Selatan naik 14 kasus.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windu Purnomo mengatakan, tingginya angka kematian di setiap provinsi disebabkan oleh angka kesakitan yang tinggi pula. Angka kematian ini erat kaitannya dengan 3T yaitu testing, tracing, dan treatment.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Dia melihat, sudah dari jauh hari, banyak lembaga penelitian luar negeri yang melayangkan data bahwa jumlah testing dan tracing di Indonesia masih kurang dari standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
Namun, pemerintah bersikap menutup telinga, seakan tidak mau mendengarkan saran dari pihak luar dan malah melakukan berbagai upaya pembelaan diri.
"Lembaga luar negeri mengatakan bahwa testing dan tracing kita rendah. kita bukannya meningkatkan testing dan tracing, malah cari pembenaran dengan bilang jumlah penduduk Indonesia banyak. Lihat India dan Amerika, sekarang tren kasus positif dan kematiannya menurun. Itu karena 3T, testing-nya tinggi," katanya kepada merdeka.com, Rabu (3/3).
Sehingga kunci utama menekan angka kematian di provinsi yang masih tinggi kasusnya, yakni dengan menggencarkan 3T. Windu menerangkan, para ahli sudah kerap kali menyarankan hal ini, namun pemerintah juga seringkali menyalahkan masyarakat.
"Susah katanya mengatur masyarakat Indonesia karena terlalu banyak, masyarakat yang dibilang tidak patuh lah. Padahal kalau ada yang salah, harus dibenarkan. Jangan cari pembenaran," ujarnya.
Selain itu dia juga menyadari, salah satu penyebab meningkatnya kasus positif yang beriringan dengan angka kematian disebabkan karena kurangnya kepatuhan masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan. namun dalam hal ini masyarakat tidak sepenuhnya salah.
Windhu berharap pemerintah tidak menyalahkan masyarakat dan lebih mengintropeksi diri terhadap kebijakan yang dibuat. Karena, kata dia, masyarakat hanya mengikuti kebijakan atau aturan yang berlaku di negara ini.
"Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat terus. Mereka itu butuh keteladanan dan motivasi. Kalau para tokoh tidak memberikan teladan, mereka juga akan makin memburuk tingkat kepatuhannya," jelasnya.
Menurutnya, pemerintah harus mau mendengarkan dan menerima masukan dari para expert, sekalipun masukan tersebut dari para ahli/lembaga penelitian luar negeri.
Seperti yang diketahui, sejak 15 Maret 2020, angka kematian atau fatality rate Indonesia sudah tinggi, mencapai 4,8 persen atau menempati urutan keempat berdasarkan data John Hopkins University. Dari 142 negara, pada periode itu, Indonesia telah menempati urutan ke-35 kasus positif terbanyak.
"Harusnya setelah setahun pandemi, pemerintah mau mengevaluasi diri dan menerima evaluasi dari ahli dan lembaga independen. Baik dari dalam atau luar negeri," tutup Windhu.
Baca juga:
Varian Baru Virus Corona Ditemukan di Karawang, Ridwan Kamil Minta Arahan Pakar
Standard Chartered Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2021 di 4,5 Persen
Perbedaan Sesak Nafas Karena Asma atau Covid-19
Mabes TNI Siapkan 10 Ribu Vaksinator Bantu Percepatan Vaksinasi Covid-19
Kiat Menjaga Diri dari Varian Baru Corona B117 yang 56 Persen Lebih Menular
Gebrakan Bupati Sumba Timur Kristofel Praing Tangani Covid-19