Pasokan minim dan panen terganggu, harga sembako di Aceh melambung
Sebabnya, pasokan sembako di Aceh masih tergantung dari Sumatera Utara.
Minimnya pasokan barang dari Medan, Sumatera Utara, dan belum panennya sejumlah petani palawija di Aceh, mengakibatkan harga sembilan bahan pokok di Banda Aceh merangkak naik. Warga dan para pedagang mengeluhkan hal itu.
Pedagang berharap harga sembako bisa segera stabil. Sebab, tingginya harga barang tentu mengakibatkan semakin rendahnya daya beli masyarakat. Ujungnya pedagang merugi.
Melambungnya harga sembako di Banda Aceh mahal lantaran masih ketergantungan pasokan barang dari Sumatera Utara. Seperti cabai merah, bawang, telur ayam ras, dan sejumlah sembako lainnya.
Harga sembako seperti terpantau di Pasar Tradisional Neusu, Banda Aceh, terus melonjak. Cabai bahkan mencapai Rp 20 ribu per kilogram.
Harga cabai merah dan cabai rawit sebelumnya dijual Rp 28 ribu, sekarang naik menjadi Rp 50 ribu per kilogramnya. Sedangkan cabai hijau mengalami kenaikan harga sebesar Rp 12 ribu per kilogram. Sebelumnya dijual dengan harga Rp 18 ribu, kini menjadi Rp 30 ribu per kilogramnya.
Armiadi (42), seorang pedagang sayur di Neusu, Banda Aceh, mengatakan, sejumlah sembako khususnya cabai masih sangat ketergantungan dengan pasokan dari Medan. Bila pasokan dari Medan kurang, maka harga cabai di Banda Aceh meningkat tajam.
"Saya berharap harganya cepat stabil, kasihan pedagang. Daya beli masyarakat pun menurun, banyak yang mengeluhkan keadaan ini," kata Armiadi, Selasa (29/3).
Sedangkan harga bawang di Banda Aceh juga mengalami kenaikan harga. Harga jual bawang Aceh di pasar tradisional dari sebelumnya Rp 38 ribu, kini menjadi Rp 45 ribu per kilogram. Bawang Bombai yang sebelumnya dijual dengan harga Rp 30 ribu per kilogram, kini harus ditebus seharga Rp 36 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogramnya. Tidak hanya bawang merah, bawang putih juga ikut mengalami kenaikan harga kini menjadi Rp 38 ribu per kilogram.
Handi (41), pedagang sayuran di pasar tradisional Peunayong, Banda Aceh mengatakan, harga bawang mahal lantaran stok menipis. Selain itu, panen bawang kali ini banyak yang gagal karena kondisi cuaca tidak mendukung beberapa bulan terakhir. Buat mengantisipasi kurangnya stok bawang, Handi mengaku mendatangkan bawang dari Berastagi, Sumatera Utara.
"Saat ini harga bawang meningkat setiap hari, kami hanya membeli bawang sekedarnya saja. Bawang mahal karena usai bulan maulid stoknya sangat tipis," kata Handi.
Handi menambahkan, akibat melonjaknya harga bawang tersebut masyarakat banyak yang mengeluh sehingga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa, kami juga rugi karena sepi pembeli karena mahalnya harga bawang kini, saya harap harganya cepat stabil kembali," ucap Handi.
Selanjutnya, harga telur di pasar tradisional Banda Aceh juga mengalami peningkatan sebesar Rp 2 ribu per papan. Seperti harga telur di pasar tradisional Peunayong Banda Aceh, sebelumnya dijual Rp 28 ribu per papan, kini mencapai Rp 30 ribu per papan.
Ola (24), seorang pemilik toko kelontong di pasar Peunayong, mengaku harga telur meningkat karena persediaan telur di Aceh berkurang tak sebanding dengan permintaan. Buat menutupi kekurangan itu, kata Ola, telur didatangkan dari Medan sehingga pemasok ikut menaikkan harga telur.
"Meskipun harganya naik, stoknya cukup karena banyak telur yang didatangkan dari Medan. Pembelinya pun tidak mengeluhkan harga tersebut. Hanya saja saat ini sedikit sepi pembeli, mungkin karena akhir bulan," kata Ola.