Pelecehan siswi MA, kepsek disebut takut hadapi guru cabul
Guru cabul T yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah punya kekuatan dalam pengaturan keuangan sekolah.
Aliansi Orang Tua Peduli Pendidikan Indonesia (APPI) menilai ada intrik yang dilakukan oleh T, guru cabul yang menjabat wakepsek SMA Negeri di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur. Pihaknya menemukan fakta ketika para guru mengadakan pertemuan membahas kasus MA (17).
Para guru wajib mengisi daftar hadir pada secarik kertas yang sudah ada kolom tanda tangan. "Usai pertemuan tersebut T mengubah halaman depan absen itu dengan sebuah pernyataan yang berbunyi guru yang hadir telah menyetujui kasus MA tidak usah dilanjutkan," ujar anggota APPI Heru di KPAI, Selasa (5/3).
Heru mengatakan kekuasaan guru dan wakepsek T itu melebihi kekuasaan kepala sekolah. "Saya heran kenapa semua guru takut sama dia termasuk kepala sekolah," kata Heru.
Pihak APPI mengetahui puluhan siswa diiming-imingi nilai bagus dengan dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan dan bersaksi bahwa guru Y telah mencabuli MA pada saat tur ke Bali. Padahal guru Y saat itu tidak ikut ke Bali.
Mendengar pernyataan itu, salah satu guru SMA Negeri di Jakarta Timur yang hadir di KPAI membenarkan bahwa guru Y tidak ikut ke Bali. "Ya saya benarkan bahwa guru Y tidak ikut ke Bali, karena saya dan guru Y termasuk orang-orang yang menentang tur ke Bali. Tur itu penuh dengan aroma korupsi, aku memang tidak percaya dengan kau," kata guru tersebut sambil melihat kepala sekolah.
Heru yang melakukan investigasi menemukan fakta bahwa T yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah punya kekuatan sendiri dalam pengaturan keuangan sekolah. "Saya dengar langsung dari salah satu guru di sana, tapi saya tidak bisa sebutkan namanya, T punya kekuatan dalam bidang keuangan," imbuhnya.
Seperti diketahui, MA (17) mengalami pelecehan pada bulan Juni dan Juli 2012 lalu. MA terpaksa melayani nafsu bejat sang guru karena diancam. "Dia mengancam tidak mengeluarkan nilai dan ijazah saya. Saya takut," ungkap siswi kelas XII itu.
Peristiwa memilukan itu pertama kali terjadi pada 26 Juni 2012 lalu. Kala itu MA diajak makan di sekitar Pantai Ancol, Jakarta Utara. Setelah makan, T kembali membawanya mengelilingi kawasan Ancol dan mulai merayu MA.
MA kaget melihat pelaku yang tiba-tiba saja membuka celananya. Tanpa banyak bicara pelaku memaksa MA melayani nafsu bejatnya. Peristiwa ini terus berulang.