Pembubaran film Pulau Buru bukti ketakutan yang tak perlu
Bacalah buku-bukunya dulu sebelum memberikan penilaian. Tonton filmnya dulu sebelum memberikan tanggapan.
Berbagai intimidasi, ancaman hingga berujung pembubaran pemutaran film "Pulau Buru Tanah Air Beta" di sejumlah tempat di Indonesia masih terus terjadi hingga saat ini.
Terbaru, ormas yang mengatasnamakan Aliansi Pemuda Cinta Pancasila (APCP) membubarkan pemutaran film tersebut yang diselenggarakan dalam rangkaian program Festival Film Purbalingga (FFP) di aula Hotel Kencana, Jumat (27/5).
-
Mengapa komunisme muncul? Komunisme lahir sebagai tanggapan terhadap ketidaksetaraan sosial dan ekonomi pada abad ke-19.
-
Apa tujuan utama dari komunisme? Tujuan utamanya adalah terciptanya masyarakat komunis dengan aturan sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
-
Siapa yang menginspirasi lahirnya Komunisme? Terinspirasi oleh karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels, konsep dasar komunisme adalah menciptakan masyarakat di mana sumber daya dan produksi dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat.
-
Bagaimana komunisme mencapai tujuannya? Dalam komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambilalihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis.
-
Kapan GKI Purbalingga didirikan? “Baru Januari kemarin saya ditasbihkan di sini,” kata Pendeta Andya. Pendeta Andya mengatakan, pada 5 Mei 2024 kemarin, gereja itu sudah berusia 81 tahun.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
Isu propaganda komunis yang dituduhkan kelompok tersebut menjadi dasar penolakan pemutaran film kisah ex-tapol yang bernostalgia mengunjungi Pulau Buru. Ironisnya, ormas yang melakukan aksi tersebut mengaku belum menonton film karya Rahung Nasution itu. Bahkan ketika diajak untuk menonton bersama pihak penyelenggara, mereka berkeras menolak.
Akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Ahmad Sabiq menilai persoalan ini terjadi karena tumbuhnya spectrophobia dalam masyarakat.
"Selama ini, mereka telah ditanamkan phobia yang bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa mengambil subyek komunisme, radikalisme agama, dan lain-lain. Intinya dengan kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, masyarakat tetap dalam kendali penuh penguasa," kata dosen jurusan Ilmu Politik Unsoed ini.
Menurutnya, gejala ini bisa dipahami karena sejak zaman orde baru sudah ditanamkan seperti itu. Kekhawatiran yang dirasakan sebagian orang harusnya bisa dikikis dengan melakukan edukasi kepada masyarakat secara luas.
"Masyarakat perlu diedukasi untuk tidak mudah mengalami spectrophobia. Harus bisa menghadapi ketakutan-ketakutan yang sebetulnya tak perlu," jelasnya.
Sabiq menyarankan kepada para pihak yang phobia dengan potensi kemunculan paham berseberangan dengan Pancasila, untuk lebih membuka wawasan lebih luas.
"Bacalah buku-bukunya dulu sebelum memberikan penilaian. Tonton filmnya dulu lah sebelum memberikan tanggapan," ucapnya.
(mdk/noe)