Pemerintah diminta serius tangkal ideologi ISIS di Indonesia
"Di Indonesia ini sulit untuk melarang ajaran ekstrem. Tapi lebih gampang mengawasi lapas-lapas di Indonesia."
Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones menanggapi maraknya penyebaran ideologi intoleransi ISIS dan sejenisnya. Dia meminta kepada pemerintah Indonesia untuk serius menangkal dan mewaspadai berkembangnya ideologi tersebut.
Menurutnya, dikhawatirkan, nantinya mereka bisa merekrut serta menebar teror di tanah air, karena pemerintah masih dianggap kurang serius dalam menangani isu tersebut.
"Memang, kalau lihat keadaan sekarang kapasitasnya masih rendah. ISIS di Indonesia kini memang masih belum profesional. Mereka bukan lulusan dari luar negeri. Tapi masalahnya, jika ke depannya lebih dari 100 orang yang ada di Suriah itu kembali lagi, walaupun niatnya bukan untuk kembali, mereka bisa beraksi menebar teror di sini. Saat itu, siapa tahu keadaan bisa berubah," kata Jones di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (26/2).
"Kemungkinan mujahidin yang sudah ada di Suriah bisa kembali ke Indonesia dengan keterampilan lebih tinggi, ideologi lebih kuat, hubungan internasional lebih banyak dan mungkin keterampilan senjata yang lebih tinggi," katanya menambahkan.
Jones yang merupakan mantan ketua tim peneliti terorisme dari International Crisis Group (ICG) itu menyarankan, pemerintah Indonesia seharusnya menjaga ketat para tahanan di lapas-lapas, karena penyebaran ideologi dan ajaran ekstrem ISIS biasanya berkembang di sana.
"Di Indonesia ini sulit untuk melarang ajaran ekstrem. Tapi lebih gampang mengawasi lapas-lapas di Indonesia. Supaya orang yang ada di dalam lapas tidak berkomunikasi dan merekrut orang dari dalam penjara," kata Jones.
Sidney menduga jaringan Santoso merupakan embrio dari ISIS di Indonesia. Untuk itu, lanjutnya, aparat keamanan juga harus mewaspadai kelompok-kelompok teroris lama, bahkan harus berkomitmen jaringan tersebut harus diberantas.
"Jangan lihat ISIS sebagai organisiasi asing yang merekrut di sini. Tapi lihat mujahidin Indonesia yang tertarik bergabung ISIS. Kalau lihat yang gabung ISIS ini sebagian besar ada jaringan lama. Jadi sel-sel sudah ada jauh sebelum ISIS muncul," pungkasnya.