Masyarakat Diminta Cermat Lihat Konflik Suriah, Jangan Teperdaya Seperti saat Muncul ISIS
Pemerintah perlu meluruskan narasi beredar soal konflik Suriah di media sosial agar tidak menyesatkan masyarakat
Runtuhnya kekuasaan Bashar Al-Assad di Suriah menjadi sorotan dunia internasional termasuk Indonesia. Masyarakat diwanti-wanti tidak mudah termakan narasi sesat untuk jihad atas nama agama.
Kepala Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Robi Sugara, mengungkap pandangannya terkait situasi geopolitik di Suriah dan dampaknya bagi Indonesia. Dia khawatir momen ini dimanfaatkan kelompok-kelompok ekstrem untuk memainkan narasi propaganda.
"Yang terpenting memahami orang-orang Indonesia, orang-orang yang di luar Suriah yang bisa jadi akan terjebak kelompok teror mengatasnamakan agama untuk mengembalikan semangat regroup dan reorganisasi, harus waspada," kata Robi dalam keterangannya, Minggu (22/12).
Menurut Robi, Suriah telah melalui masa-masa yang sangat sulit. Apa yang terjadi sekarang adalah hasil dari perjuangan panjang rakyat Suriah, yang tidak hanya melibatkan perlawanan fisik, tetapi juga pengaruh dari negara-negara besar, misalnya Turki, Qatar, Amerika dan Israel.
Hal ini diindikasikan karena tidak ada perlawanan yang masif ketika Hayat Tahrir Al-Syam (HTS) masuk ke Damaskus, lalu munculnya pemerintahan transisi dan dirangkulnya kelompok-kelompok minoritas untuk bisa hidup berdampingan di Suriah.
"Ini bukan kemenangan 100 persen dilakukan oleh perlawanan, tapi kemenangannya itu lewat jalur diplomasi. Jalur diplomasi adalah memanfaatkan negara-negara punya kepentingan dengan kelompok perlawanan itu dalam rangka mengganti rezim Suriah," jelas Robi.
Oleh karena itu, Direktur Indonesia Muslim Crisis Center ini menyerukan pemerintah untuk meluruskan narasi-narasi yang beredar di media sosial agar tidak menyesatkan masyarakat.
"Jangan sampai masyarakat teperdaya seperti pada masa munculnya ISIS. Masyarakat harus cermat dalam membaca situasi dan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah," tegasnya.
Selain itu, Robi menambahkan, perlunya pemerintah melakukan konsolidasi antara ulama-ulama moderat Indonesia dan ulama moderat di Suriah. Hal ini harus dilakukan untuk membangun misi perdamaian, dan meredam suara kelompok garis keras.
"Indonesia punya kemampuan itu untuk melakukan diplomasi terhadap Suriah dengan melakukan pendekatan dan berkomunikasi dengan ulama-ulama karismatik di Suriah," tandasnya.