Erdogan Senang Bashar Al-Assad Tumbang, Sebut Turki Berkorban Banyak Untuk Suriah
Bashar Al-Assad digulingkan dari kekuasaan pada Minggu (8/12) oleh kelompok pemberontak.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memuji tergulingnya kekuasaan Bashar Al-Assad di Suriah, menyebutnya sebagai hasil "revolusi otentik" di negara tersebut. Bashar Al-Assad digulingkan kelompok pemberontak pada Minggu (8/12) dan melarikan diri ke Rusia.
“Rakyat Suriah melakukan revolusi yang otentik dan memahkotainya dengan kesuksesan. Kami tidak akan membiarkan siapa pun membagi tanah Suriah dan mengubahnya menjadi zona konflik lagi. Kami akan mendukung Suriah dengan segala cara untuk menghidupkannya kembali secepat mungkin,” kata Erdogan pada Selasa (10/12).
“Turkiye telah berkorban banyak hingga situasi di Suriah mencapai kesuksesan ini. Kami melindungi rakyat Suriah dan membantu mereka selama bertahun-tahun karena cinta kami kepada mereka, mereka adalah saudara kami… Kami akan melakukan apa yang diperlukan agar rakyat Suriah mencapai keselamatan dan perdamaian,” lanjutnya, dikutip dari The Cradle, Kamis (12/12).
Erdogan mengakui "ada kelompok ekstremis dengan ideologi rasis yang didukung oleh negara-negara besar untuk menyerang Suriah dan Palestina, dan hal ini tidak dapat diterima".
“Setiap orang atau entitas yang mencoba menyerang Suriah akan mendapati rakyat Suriah berada di hadapan mereka dan kami akan mendukung rakyat Suriah,” lanjutnya.
Peran Besar Turki
Sejak tergulingnya Assad, Israel telah melakukan 350 serangan udara di Suriah, menghancurkan fasilitas-fasilitas militer. Ekstremis yang didukung Turki – dipimpin oleh mantan afiliasi Al-Qaida Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan pasukan proksi Tentara Nasional Suriah (SNA) Ankara – menyerbu Damaskus dan menguasai kota tersebut pada Minggu.
Jatuhnya ibu kota tersebut terjadi kurang dari dua pekan setelah organisasi-organisasi ekstremis tersebut melancarkan serangan besar-besaran terhadap Suriah, yang menyebabkan pasukan pemerintah berulang kali menarik diri dari kota-kota utama ketika para militan bergerak maju.
HTS dan SNA mendapat dukungan signifikan dari Turki selama bertahun-tahun. SNA dibentuk oleh Ankara pada tahun 2017 dan memasukkan sejumlah militan ISIS dan faksi ekstremis lainnya ke dalam barisannya.
Turki memainkan peran besar dalam dimulainya perang yang didukung AS di Suriah pada tahun 2011 – membuka perbatasannya bagi puluhan ribu pejuang ekstremis dari seluruh dunia, serta mendanai dan mempersenjatai faksi ekstremis.