Negara-Negara Arab Serukan Transisi Pemerintahan Damai di Suriah Setelah Dikuasai Pemberontak
Setelah pemberontak merebut ibu kota Damaskus, pemerintah dikuasai kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Sejumlah oerwakilan negara yang tergabung dalam Liga Arab mengeluarkan pernyataan bersama, menyerukan transisi pemerintahan damai di Suriah setelah runtuhnya kekuasaan Presiden Bashar Al-Assad dan kini dikuasai kelompok pemberontak. Pernyataan yang ditandangani menteri luar negeri Arab Saudi, Yordania, Irak, Mesir, Lebanon, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Qatar ini juga menyatakan mereka mendukung proses transisi pemerintahan damai di negara tersebut.
Setelah pemberontak merebut ibu kota Damaskus, pemerintah dikuasai kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Dikutip dari The Cradle, Senin (16/12), negara-negara tersebut juga mengusulkan "seluruh kekuatan politik dan sosial" harus dilibatkan dalam pemerintahan baru Suriah. Mereka juga memperingatkan jangan sampai terjadi diskriminasi etnis, sektarian, dan agama, serta menyerukan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh warga negara Suriah.
Mereka menambahkan, Resolusi 2254 Dewan Keamanan PBB harus menjadi dasar transisi pemerintahan ini.
"Komitmen untuk meningkatkan upaya memerangi terorisme dan kerja sama dalam memeranginya karena hal ini merupakan ancaman bagi Suriah dan keamanan kawasan dan dunia, dan kekalahannya merupakan prioritas bersama," lanjut pernyataan tersebut.
Kelompok Minoritas
HTS – yang dulu dikenal sebagai Front Nusra Al-Qaeda – membentuk pemerintahan transisi di bawah kepemimpinan Mohammad al-Bashir. HTS secara terbuka mengatakan kelompok minoritas dan semua agama akan aman di bawah pemerintahan baru. Mereka juga berjanji tidak akan memberlakukan pembatasan pada pakaian perempuan.
Meskipun tidak ada pembantaian massal terhadap kelompok minoritas, seperti yang terjadi pada tahun-tahun perang Suriah sebelumnya, banyak yang skeptis dan takut. Puluhan ribu warga Suriah dari kelompok minoritas dilaporkan membanjiri perbatasan Lebanon karena khawatir akan dampak baru Suriah bagi mereka.
Front Nusra bertanggung jawab atas banyak kekejaman terhadap umat Kristen, Alawi, Syiah, dan Druze – termasuk bom bunuh diri, eksekusi, penculikan, penembakan tanpa pandang bulu, dan kejahatan perang lainnya.