Hizbullah Ungkap Dampak Runtuhnya Rezim Bashar Al-Assad, Akui Kehilangan Hal Ini
Pemimpin Hizbullah mengungkapkan harapannya terhadap pemimpin baru di Suriah.
Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, mengungkapkan pada Sabtu, kelompok bersenjata tersebut telah kehilangan akses jalur pasokan melalui Suriah setelah kejatuhan Presiden Bashar al-Assad pekan lalu. Selama pemerintahan Assad, Hizbullah yang didukung oleh Iran memanfaatkan Suriah sebagai rute untuk mengalirkan senjata dan perlengkapan militer dari Iran melalui Irak dan Suriah menuju Lebanon.
Namun, pada 6 Desember, kelompok pemberontak berhasil mengambil alih perbatasan dengan Irak, sehingga memutuskan jalur tersebut, dan dua hari kemudian, mereka merebut ibu kota Damaskus.
"Ya, Hizbullah telah kehilangan jalur pasokan militer melalui Suriah saat ini, tetapi menurut kami, kehilangan ini hanya merupakan bagian kecil dalam perjuangan perlawanan," jelasnya dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Sabtu, tanpa menyebut nama al-Assad, seperti yang dilansir Al Arabiya, Minggu (16/12).
"Seiring berjalannya waktu, pemerintahan baru bisa muncul, jalur ini bisa kembali normal dan kami juga bisa mencari alternatif lain," jelasnya.
Hizbullah terlibat dalam konflik di Suriah sejak 2013 untuk mendukung Assad melawan pemberontak yang berusaha menggulingkannya. Ketika pasukan pemberontak mendekati Damaskus pekan lalu, Hizbullah mengirimkan petugas untuk memantau penarikan pasukannya dari wilayah tersebut.
Setelah lebih dari 50 tahun di bawah pemerintahan keluarga Assad, kini Suriah dipimpin pemerintahan sementara yang dibentuk oleh kelompok "Hayat Tahrir al-Sham" (HTS). Qassem mengungkapkan, Hizbullah "tidak dapat menilai kekuatan baru itu sampai mereka stabil" dan "mengambil sikap yang jelas." Meskipun demikian, dia berharap agar rakyat serta pemerintah Lebanon dan Suriah dapat terus bekerja sama.
"Kami juga berharap pemerintahan baru ini akan tetap menganggap Israel sebagai musuh dan tidak melakukan normalisasi hubungan dengannya. Keputusan ini akan sangat memengaruhi hubungan kami dengan Suriah," ujarnya.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam pertempuran di sepanjang perbatasan selatan Lebanon selama hampir setahun akibat konflik yang terjadi di Jalur Gaza. Pertempuran ini berlangsung hingga Israel melancarkan serangan besar-besaran pada bulan September, yang menyebabkan tewasnya sebagian besar pemimpin teratas Hizbullah.