Sepak Terjang Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, Melawan Israel Sejak Remaja Sampai Akhir Hayatnya
Israel membunuh Nasrallah melalui serangan udara ke Beirut pada Sabtu (28/9).
Sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah terbunuh dalam serangan Israel ke Beirut. Syahidnya Nasrallah diumumkan Hizbullah dalam pernyataannya pada Sabtu (28/9).
Siapa sosok Nasrallah? Dia adalah salah satu tokoh Syiah terkuat di Timur Tengah, telah meninggalkan dampak abadi pada Lebanon modern, konflik Arab-Israel, dan wilayah yang lebih luas, seperti dikutip dari Middle East Eye.
Di bawah kepemimpinan Nasrallah, Hizbullah tumbuh dari gerakan bersenjata daerah menjadi partai politik terbesar di Lebanon.
Pada pemilu legislatif 2018, Hizbullah mengantongi lebih dari 340.000 suara, paling banyak dari partai manapun di Lebanon sejak kemerdekaan.
Pada Oktober 2021, Nasrallah menyatakan Hizbullah punya 100.000 pejuang, menjadikannya organisasi bersenjata non nasional terkuat di seluruh dunia.
Kekuatan tersebut didukung oleh pengaruh regional yang semakin meningkatkan reputasi Hizbullah di dunia Arab: hingga saat ini, mereka adalah satu-satunya angkatan bersenjata, baik nasional atau lainnya, yang telah memaksa Israel mundur dari negara Arab.
Nasrallah lahir pada 1960 dari keluarga Syiah miskin di Sharshabouk, wilayah tertinggal di Karantina, timur Beirut. Dia mulai tertarik belajar agama sejak kecil dan terinspirasi oleh imam kelahiran Iran keturunan Lebanon, Sayyed Musa Sadr, yang pada musim semi 1974 mendirikan Movement of the Deprived, yang lebih dikenal dengan nama Amal, bertujuan untuk mengamankan lebih banyak kekuasaan bagi komunitas Syiah yang terabaikan di Lebanon, dan memperbaiki kondisi di Lebanon timur dan selatan.
Perang saudara pecah di Lebanon pada bulan April 1975: pada bulan Juli, Sadr meluncurkan Brigade Perlawanan Lebanon, sayap bersenjata Amal, untuk melindungi Lebanon selatan dari serangan Israel.
Nasrallah bergabung dengan Amal. Ketika perang saudara meningkat, keluarganya pindah dari Beirut timur yang mayoritas penduduknya beragama Kristen ke desa leluhur mereka Bazourieh di Tirus.
Pada Desember 1976, Nasrallah berangkat ke Najaf di Irak untuk belajar di pondok pesantren (hawzah) di kota tersebut. Di sana, ia bertemu dengan cendekiawan Lebanon Sayyed Abbas Mussawi, yang belajar di bawah bimbingan Sayyed Mohammad Baqer Sadr, sepupu Musa Sadr.
Pada awal 1978, tindakan keras Baath Irak terhadap Syiah memaksa Nasrallah dan Mussawi kembali ke Lebanon. Mussawi mendirikan pondok pesantren di Baalbeck, tempat Nasrallah melanjutkan sekolahnya.
Tahun berikutnya, Nasrallah dan Mussawi – sekarang menjadi pejabat Amal – mendukung imam Iran Ruhollah Khomeini, yang para pendukungnya mendirikan Republik Islam Iran.
Lawan Israel
Pada Juni 1982, Israel menyerang Lebanon, setelah upaya pembunuhan terhadap Shlomo Argov, duta besar Israel untuk London oleh Organisasi Abu Nidal, sebuah kelompok sempalan dari PLO (Organisasi Pembebasan Palestina).
Israel mengepung Beirut selama 10 minggu sebelum mendudukinya pada September, dengan tujuan untuk mengusir PLO dan membentuk pemerintahan boneka yang pro Israel. Serangan itu menewaskan sedikitnya 20.000 warga Lebanon dan Palestina, sebagian besar warga sipil, dan lebih dari 370 warga Israel, sebagian besar dari mereka adalah militer.
Untuk mengatasi dampak invasi tersebut, Presiden Lebanon Elias Sarkis membentuk Komite Keselamatan Nasional yang bersatu, termasuk pemimpin Amal Nabih Berri dan pemimpin milisi Pasukan Lebanon Bashir Gemayel, sekutu Kristen utama Israel di Lebanon.
Namun Mussawi, Nasrallah dan pihak lain yang mendukung Khomeini keluar dari Amal, menuduh organisasi tersebut berkhianata karena bergabung dengan komite; perlawanan bersenjata, kata mereka, adalah satu-satunya jawaban.
Didukung oleh Iran dan Suriah, mereka kemudian mendirikan Hizbullah pada musim panas tahun 1982. Di tahun tersebut, Hizbullah melancarkan kampanye gerilya untuk mengusir Israel dari Lebanon. Dikatakan bahwa ini adalah awal dari pembebasan Palestina yang bersejarah, yang mencakup negara Israel.
Pada musim panas tahun 1985, Israel telah meninggalkan sebagian besar wilayah selatan Lebanon, di tengah serangan yang sedang berlangsung, dan menduduki sejumlah komunitas di dekat perbatasan. Namun Hizbullah terus mendesak dan menyerang pos-pos Israel di Zona Keamanan.
Pada tahun 1985, Nasrallah menjadi ketua dewan eksekutif Hizbullah dan anggota dewan syura. Dia kemudian menjadi Sekjen Hizbullah pada 1992, setelah Sayyed Abbas Mussawi, Sekjen Hizbullah ketika itu, dibunuh Israel dalam serangan udara pada Februari 1992.
"Kita akan lanjutkan jalan ini, bahkan walaupun kita syahid, kita semua dan rumah kita hancur di atas kepala kita, kita tidak mengabaikan pilihan Perlawanan Islam," kata Nasrallah saat pemakaman Mussawi ketika itu.
Puji Hamas
Di bawah kepemimpinan Nasrallah, Hizbullah memiliki roket jarak jauh, yang memungkinkannya menargetkan lebih banyak wilayah di Israel utara.
Dari semua kelompok bersenjata yang melawan Israel, Hizbullahlah yang paling menyulitkan angkatan bersenjata Israel.
Sejak berdirinya Hizbullah pada tahun 1982, belum pernah ada satu tahun pun yang tidak terjadi baku tembak atau tembakan roket antara kedua belah pihak.
Pada Mei 2000, Israel secara sepihak menarik diri dari Lebanon selatan, yang merupakan pertama kalinya Israel mengakhiri pendudukan wilayah Arab tanpa perjanjian atau pengaturan keamanan. Langkah ini memvalidasi argumen lama Nasrallah bahwa hanya perlawanan bersenjata yang bisa merebut kembali tanah Arab.
Pada 14 Juli 2006, dalam pidatonya, Nasrallah mendesak masyarakat di Beirut untuk melihat ke barat menuju pantai Mediterania. Bertepatan dengan itu, Hizbullah menembakkan rudal permukaan ke laut terhadap kapal angkatan laut Israel Hanit, menewaskan dan melukai beberapa awak kapal.
Konflik tersebut berakhir pada 14 Agustus dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menetapkan bahwa Pasukan Sementara PBB yang ditingkatkan, bersama dengan unit tentara Lebanon, akan bertanggung jawab penuh atas keamanan di wilayah perbatasan selatan.
Popularitas Nasrallah melonjak, namun semakin jarang terlihat di depan publik karena khawatir dibunuh Israel. Sebagian besar pidato siaran langsungnya sekarang dilakukan melalui video dari lokasi yang dirahasiakan.
Pada 3 November 2023, Nasrallah memuji operasi Badai Al-Aqsa yang dilakukan Hamas ke Israel pada 7 Oktober.
"Itu adalah tindakan heroik, berani, kreatif, dilakukan dengan sempurna dan hebat, yang patut diapresiasi," ujarnya.
Serangan itu, lanjutnya, mengungkap kelemahan dan kerentanan Israel. Pada 8 Oktober, Hizbullah mulai menembakkan roket di sepanjang 120 km perbatasan Lebanon-Israel. Serangan terebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Kelompok ini juga mengizinkan pejuang Palestona melakukan serangan ke Israel dari selatan Lebanon.