Fakta Sosok Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah Lebanon yang Keturunan Rasulullah
Hassan Nasrallah, tokoh berpengaruh dan kontroversial yang memimpin Hizbullah Lebanon serta dianggap keturunan Rasulullah melalui garis keturunan Husain bin Ali

Dalam sebuah peristiwa yang mengejutkan dunia politik dan militer di kawasan Timur Tengah, Hassan Nasrallah, yang merupakan pemimpin Hizbullah Lebanon dan dikenal sebagai sosok yang sangat strategis, dilaporkan tewas akibat serangan udara yang dilancarkan oleh Israel pada tahun 2024. Kehilangan ini memicu beragam reaksi serta pernyataan tegas dari berbagai kalangan, menunjukkan betapa besarnya pengaruh Nasrallah di kawasan tersebut.
Berbagai sumber menginformasikan bahwa serangan tersebut menghantam markas besar Hizbullah yang terletak di pinggiran Beirut, khususnya di daerah Dahiyeh, tempat di mana para komando senior Hizbullah tengah beroperasi. Dampak dari serangan ini sangat signifikan, mengganggu operasi kelompok yang selama ini menjadi simbol perlawanan terhadap Israel.
Hizbullah pada Sabtu (28/9/2024) memastikan bahwa sekretaris jenderalnya, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara Israel pada Jumat (27/9). “Yang Mulia Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, telah bergabung dengan para sahabat martirnya yang agung dan abadi, yang dipimpinnya selama hampir 30 tahun, membimbing mereka dari kemenangan ke kemenangan,” tulis pernyataan Hizbullah, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Berikut fakta mengenai Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah Lebanon, Senin (24/2).
1. Awal Karier dan Latar Belakang Keluarga Hassan Nasrallah
Hassan Nasrallah lahir pada 31 Agustus 1960 di Desa Bazouriyeh, yang terletak dekat Tyre di bagian selatan Lebanon. Sejak masa kecilnya, ia telah dipengaruhi secara mendalam oleh nilai-nilai agama dan budaya yang kuat, yang menumbuhkan semangat juang yang menjadi ciri khas dalam kehidupannya.
Masa kecil Nasrallah diisi dengan pendidikan agama yang intensif, di mana ia belajar di berbagai seminari di Lebanon, Irak, dan Iran. Proses pendidikan ini tidak hanya membentuk dasar pengetahuan dan keyakinan spiritualnya yang kokoh, tetapi juga mempersiapkannya untuk memasuki dunia politik dan militer.
Dalam aspek kehidupan pribadi, Hassan Nasrallah menikah dengan Fatima Yassin dan dikaruniai dengan lima anak. Namun, hidupnya juga diliputi oleh kesedihan ketika anak tertuanya, Hadi, kehilangan nyawanya dalam sebuah bentrokan bersenjata. Kejadian tragis ini semakin menguatkan komitmennya pada perjuangan nasional. Selain itu, ia sering kali dipanggil "al-Sayyid Hassan" (السيّد حسن), sebuah gelar kehormatan yang menandakan bahwa ia merupakan keturunan Nabi Muhammad melalui cucunya, Husain bin Ali.
2. Perjalanan Politik dan Militer di Awal Karier
Sejak menempuh pendidikan di bidang politik di Najaf pada tahun 1979, Hassan Nasrallah mulai terlibat aktif dalam berbagai aktivitas yang mendorong semangat perlawanan. Hal ini menjadikannya sosok yang cepat dikenal di kalangan gerakan Syiah.
Pada tahun 1982, dengan keberanian dan keyakinan yang bulat, Nasrallah membuat keputusan untuk meninggalkan kelompok Amal yang telah lama diikutinya dan bergabung dengan Hizbullah. Kelompok ini dibentuk sebagai respons terhadap invasi Israel ke Lebanon, dan ia segera mengambil peran penting dalam memobilisasi para pejuang di wilayah Lembah Bekaa.
Karier politik Nasrallah semakin meningkat ketika ia mulai bertugas di Beirut. Di sana, ia berhasil mengorganisir struktur militer dan politik Hizbullah secara sistematis, menjadikannya figur sentral yang tidak hanya memimpin operasi, tetapi juga menginspirasi para pengikutnya untuk terus berjuang dalam menghadapi ancaman eksternal.
3. Kepemimpinan dan Strategi Melawan Israel
Pada 16 Februari 1992, Hassan Nasrallah resmi menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah setelah meninggalnya Abbas al-Musawi, pendahulunya. Sejak diangkat, ia menunjukkan kepemimpinan yang penuh visi serta menerapkan strategi perlawanan yang cermat terhadap serangan dan tekanan dari Israel.
Di bawah arahan Nasrallah, Hizbullah berhasil melaksanakan sejumlah operasi militer yang strategis, termasuk pertempuran yang sangat sengit selama Perang Lebanon 2006. Pertempuran tersebut berakhir dengan penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan setelah 22 tahun menduduki wilayah tersebut, yang merupakan salah satu pencapaian paling signifikan dalam sejarah perlawanan Hizbullah.
Tidak hanya terbukti dalam medan tempur, Nasrallah juga memainkan peran penting dalam negosiasi pertukaran tahanan pada tahun 2004. Hal ini membawa dampak positif bagi para tahanan Lebanon dan Arab, meningkatkan reputasinya sebagai pemimpin yang mampu meramu strategi militer dan diplomasi secara bersamaan. Ditegaskan melalui pernyataan Hizbullah yang menyebutnya sebagai figur yang telah “membimbing mereka dari kemenangan ke kemenangan.”
4. Keterlibatan dalam Konflik Regional dan Kontroversi
Dalam perjalanan karirnya, Hassan Nasrallah sering terlibat dalam kompleksitas konflik regional yang semakin meningkat. Keberpihakannya tidak hanya terbatas pada penolakan terhadap Israel, tetapi juga meliputi dukungan kepada beberapa rezim di kawasan, meskipun hal ini menimbulkan kontroversi di kalangan komunitas internasional.
Pada beberapa kesempatan, terutama selama perang saudara Suriah yang dimulai pada tahun 2011, dukungan Nasrallah kepada pemerintah yang berkuasa di Suriah mendapatkan kritik tajam dari berbagai pihak. Banyak yang berargumen bahwa tindakan ini mengaburkan tujuan utama Hizbullah dalam menjaga kedaulatan Lebanon serta hak-hak rakyat Palestina.
Namun, di mata para pendukungnya, Nasrallah tetap dianggap sebagai pelindung dan simbol perlawanan. Hal ini semakin terlihat ketika ia mengumumkan pembentukan front baru di Lebanon selatan untuk mendukung perjuangan Palestina, serta berjanji bahwa Hizbullah akan terus melawan Israel hingga penindasan di Gaza berakhir. Ia menegaskan komitmennya melalui pidato-pidato yang penuh semangat dan retorika yang menggugah, yang terus menginspirasi para pengikutnya.
5. Kematian dan Warisan Kepemimpinan
Pada tanggal 27 September 2024, sebuah insiden tragis terjadi saat markas besar Hizbullah yang terletak di pinggiran Beirut diserang oleh jet tempur Israel. Serangan ini mengakibatkan kematian Hassan Nasrallah serta beberapa komandan senior lainnya, dan peristiwa ini kemudian dikenang sebagai momen bersejarah yang menandai titik balik dalam konflik di kawasan tersebut.
Hizbullah, dalam pernyataan resminya, mengonfirmasi bahwa "Yang Mulia Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, telah bergabung dengan para sahabat martirnya yang agung dan abadi, yang dipimpinnya selama hampir 30 tahun, membimbing mereka dari kemenangan ke kemenangan." Pernyataan ini menunjukkan bahwa kematian Nasrallah dipandang sebagai sebuah pengorbanan yang akan melanjutkan perjuangan melawan musuh bersama, meskipun serangan itu mengakibatkan sedikitnya 11 orang tewas dan 108 lainnya terluka, menurut laporan dari pejabat Lebanon.
Warisan kepemimpinan Nasrallah akan terus hidup dalam ingatan para pengikutnya. Ia dikenang sebagai sosok yang tidak hanya berhasil menciptakan sejarah perlawanan terhadap Israel, tetapi juga sebagai arsitek strategi politik dan militer yang berani. Karena itu, kematiannya diperkirakan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap dinamika politik di Lebanon dan secara lebih luas di kawasan Timur Tengah.
People Also Ask
T: Siapa sebenarnya Hassan Nasrallah?
J: Hassan Nasrallah adalah pemimpin Hizbullah Lebanon yang dikenal luas sebagai figur berpengaruh dalam perlawanan terhadap Israel dan memiliki latar belakang politik serta militer yang kuat, serta diklaim sebagai keturunan Rasulullah melalui garis keturunan Husain bin Ali.
T: Bagaimana perjalanan karir politik dan militer Hassan Nasrallah?
J: Perjalanan karirnya dimulai dari aktivitas politik di Najaf, bergabung dengan kelompok Amal, dan kemudian bergabung serta mengukuhkan kekuatannya di Hizbullah, di mana ia memimpin berbagai operasi militer strategis melawan Israel dan terlibat dalam negosiasi penting.
T: Apa dampak kematian Hassan Nasrallah terhadap situasi regional?
J: Kematian Hassan Nasrallah diperkirakan akan mengubah dinamika kekuatan politik dan militer di Lebanon serta memperkeruh situasi konflik regional, karena Hizbullah kemungkinan akan melanjutkan perlawanan dengan semangat yang sama.