Sosok Pemimpin Pemberontak Suriah Abu Mohammad al-Jolani Terinspirasi Osama Bin Laden dan Pernah Gabung Al Qaeda
Sosok Abu Mohammad al-Jolani kini jadi sorotan dunia internasional.
Abu Mohammed al-Julani merupakan pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok pemberontak bersenjata Suriah yang berhasil menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Al-Jolani lahir pada 1982 dengan nama Ahmed Hussein al-Sharaa di Riyadh, Arab Saudi dari pasangan diaspora Suriah yang menetap di Arab Saudi. Ayahnya bekerja sebagai insinyur perminyakan di Arab Saudi sebelum kembali ke Suriah pada tahun 1989 dan diangkat menjadi konsultan perdana menteri Suriah, sementara ibunya seorang guru sekolah dasar.
Dikutip laman MEE, Selasa (10/12), masa kecil al-Jolani banyak dihabiskan di Damaskus. Ia dikenal sebagai laki-laki yang kurus, rapi, dan cerdas tapi cukup tertutup dalam bersosialisasi. Lahir di keluarga yang dekat dengan pemerintah mengharuskan al-Jolani menjadi orang yang pintar, sopan, disiplin, dan menampilkan citra keluarganya sebaik mungkin.
Terinspirasi Osama bin Laden
Peristiwa serangan bunuh diri 9/11 pada tahun 2001 memengaruhi sikap dan pembawaannya. Al-Julani yang saat itu masih berusia 19 tahun mulai meniru cara berpakaian dan berbicara dari Osama bin Laden, pemimpin al-Qaeda yang diduga menjadi dalang di balik peristiwa 9/11. Ia juga banyak menghadiri kajian-kajian rahasia dan diskusi panel di pinggiran Kota Damaskus.
Pada 2003, ia pindah ke Irak dan bergabung dengan Saraya al-Mujahideen, sebuah kelompok jihad kecil di Mosul, Irak. Kelompok jihad ini bersumpah setia kepada Abu Musab al-Zarqawi pendiri cikal bakal al Qaeda tahun 2004 yang kemudian berubah menjadi Negara Islam (IS).
Ia kemudian bergabung dengan al-Qaeda sebagai bagian dari kelompok perlawanan terhadap invasi Amerika Serikat dan ditangkap oleh pasukan AS di Irak pada tahun 2006, ia ditahan selama lima tahun.
Kembali ke Suriah dan dirikan HTS
Setelah bebas, al-Jolani kembali ke Suriah dan mendirikan cabang al-Qaeda di Suriah yang diberi nama Front al-Nusra. Pada saat mendirikan Front al-Nusra, al-Julani banyak berkoordinasi dengan Abu Bakr al-Baghdadi, yang saat itu menjabat sebagai kepala al-Qaeda di Irak.
Kemudian pada bulan April 2013, al-Julani menolak keputusan al-Baghdadi yang mengumumkan mundur dari al-Qaeda dan akan menggabungkan Front al-Nusra ke dalam kelompok baru yang disebut ISIL.
Pada tahun-tahun berikutnya, al-Jolani tampak menjauhkan diri dari proyek al-Qaeda untuk mendirikan “khilafah global” di semua negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Ia memilih untuk berfokus kepada wilayah Suriah.
Pada 2017, al-Julani kemudian mengumumkan pendirian kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dengan tujuan yang dinyatakan adalah untuk membebaskan Suriah dari pemerintahan otokratis Assad, mengusir milisi Iran dari negara tersebut dan mendirikan negara sesuai dengan interpretasi mereka sendiri tentang “hukum Islam”.
Setelah pendirian HTS, al-Jolani dan kelompoknya mulai melakukan perlawanan untuk menggulingkan rezim Assad. Setelah lebih dari 7 tahun, perjuangannya menggulingkan rezim Assad berhasil, meski begitu HTS kini masih dicap sebagai organisasi teroris oleh PBB, Turki, AS dan Uni Eropa.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti