Media Israel Ungkap Tel Aviv Lakukan Kontak Langsung dengan Pemberontak Suriah, Ini Tujuannya
Ketegangan di Suriah meningkat setelah pemberontak merebut ibu kota Damaskus pada Minggu, menyebabkan runtuhnya pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad.
Situs berita Israel, Walla menyatakan dalam laporannya pada Minggu (8/12), Tel Aviv melakukan “kontak langsung” dengan kelompok pemberontak Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS). HTS adalah salah satu kelompok mempelopori pemberontakan yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Damaskus.
Menurut Walla, Israel memiliki “kontak langsung dan tidak langsung” dengan banyak kelompok di Suriah, termasuk HTS.
“Pada tahap ini, Israel ingin elemen-elemen bersenjata tidak mendekati perbatasan (antara Suriah dan wilayah pendudukan),” jelas laporan tersebut, dikutip dari Press TV, Senin (9/12).
Laporan Walla ini muncul ketika pasukan Israel melancarkan serangan ke wilayah Suriah dan memasuki kota Quneitra di barat daya dekat Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel setelah pemberontak merebut Damaskus.
Media rezim Israel ini juga melaporkan masuknya tank Israel ke Khan Arnabeh, yang terletak di timur laut Quneitra dan lima kilometer dari perbatasan Golan yang diduduki.
Hancurkan Gudang Senjata
Pasukan penjajah Israel juga dilaporkan menggali parit besar di perbatasan Suriah dan menghancurkan apa yang mereka klaim sebagai gudang senjata.
Menurut sejumlah laporan media, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menginstruksikan kabinetnya untuk tidak mengomentari perkembangan di Suriah. Netanyahu melarang menteri-menterinya berkomentar tanpa persetujuan darinya.
Sebelumnya pada Minggu, HTS menyerbu Damaskus dan merebut ibu kota tersebut kemudian mengumumkan runtuhnya pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad. Mereka juga mengklaim Presiden Assad melarikan diri ke luar negeri.
Pemimpin HTS, Ahmed al-Shar'a, yang dikenal sebagai Abu Mohammad al-Jolani, telah meminta rakyat Suriah untuk tidak mendekati lembaga dan organisasi pemerintah sampai terjadi peralihan kekuasaan secara resmi di bawah pengawasan Perdana Menteri Suriah Mohammed Ghazi Jalali.
Jalali mengatakan pada Minggu, pemerintah siap “mengulurkan tangan” kepada oposisi dan menyerahkan fungsinya kepada pemerintahan transisi.
Pemerintahan Damaskus sebelumnya mengatakan negara-negara Barat dan sekutu regional mereka membantu kelompok teroris untuk membuat kekacauan di Suriah