Masyarakat Diminta Tak Mudah Terpancing Ajakan Jihad ke Suriah di Media Sosial
Ajakan ke Suriah sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab
Seruan berjihad usai jatuhnya rezim Bashar Al-Assad di Suriah mulai bermunculan di media sosial. Ajakan ini sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Muhamad Syauqillah membahas gejolak di Suriah dan implikasinya terhadap Indonesia. Dia menyerukan agar publik tidak terpancing dengan ajakan untuk jihad.
"Hal yang diserukan di media sosial itu jihad seperti apa? Siapa yang kita perangi di sana, lalu apakah dengan memerangi pihak tertentu kemudian bisa kita klaim sebagai kegiatan berjihad? Menurut saya jelas tidak," tegas Syauqillah di Jakarta, Rabu (18/12).
Menurut Syauqillah, yang saat ini terjadi di Suriah adalah benturan dari berbagai faksi dengan kepentingannya masing-masing. Karena itu, Syauqillah ingin masyarakat lebih cerdas dalam menyikapi fenomena maraknya ajakan untuk berjihad di luar negeri.
"Masyarakat Indonesia perlu kritis, karena hal yang sama juga telah terjadi dulu ketika ISIS menyerukan banyak negara untuk bergabung dengan mereka. Banyak dari warga negara Indonesia yang terlanjur pergi kesana, selang beberapa lama kemudian terpaksa kembali karena apa yang dijumpai tidak sesuai dengan janji manis ISIS," jelas Syauqillah.
Keberangkatan warga negara Indonesia, menurut Syauqillah, akan menimbulkan masalah baru. Ujung-ujungnya, mereka yang terlanjur pergi akan meminta Pemerintah untuk dipulangkan kembali ke Tanah Air.
"Kejadian seperti ini yang sudah pernah terjadi justru menunjukkan betapa besar perhatian Pemerintah Indonesia terhadap rakyatnya," tutur Syauqillah.
Syauqillah berharap agar masyarakat tidak mudah terpancing dengan narasi khilafah dan propagandanya di media sosial, khususnya yang menyerukan untuk berangkat ke tempat-tempat konflik.
"Hal perlu dicermati dari konflik di Suriah melibatkan berbagai macam kepentingan dengan narasinya masing-masing. Sebagai warga negara Indonesia, sebaiknya kita tidak terlibat dalam dinamika internal konflik di negara lain, walaupun pihak-pihak berkonflik ingin melibatkan warga negara lain seperti ISIS di masa lalu," pungkasnya.