Pendatang di Banyuwangi Diberi Tiga Pilihan Tempat Isolasi dan Dipantau Bersama
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tiga pilihan tersebut antara lain melakukan isolasi di GOR dan di fasilitas rumah isolasi yang disediakan pemerintah di setiap desa atau isolasi mandiri di rumah sendiri dengan kontrol ketat dari Babinkamtibmas dan Puskesmas.
Pendatang yang pulang ke Kabupaten Banyuwangi bakal diminta mengisi surat perjanjian bersedia menjalani isolasi secara disiplin selama 14 hari untuk mencegah sebaran virus Corona (Covid-19).
Sebelumnya, pendatang khususnya dari Pulau Bali bakal diantar ke Gedung Olah Raga (GOR) dan diminta memilih tiga pilihan tempat isolasi.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tiga pilihan tersebut antara lain melakukan isolasi di GOR dan di fasilitas rumah isolasi yang disediakan pemerintah di setiap desa atau isolasi mandiri di rumah sendiri dengan kontrol ketat dari Babinkamtibmas dan Puskesmas.
"Di desa kita siapin rumah singgah, di Pemda kita siapkan GOR ini untuk transit dan dormitory yang sudah direnovasi ada AC-nya juga. Tapi rata rata mereka tidak mau isolasi yang disiapkan di desa atau di sini (kota), rata rata mau isolasi di rumah mandiri," kata Anas, Sabtu (9/5).
Bila pemudik memilih isolasi di desa atau mandiri di rumah masing-masing, maka selain harus mengisi perjanjian juga bakal dijemput petugas dari kecamatan dan desa.
"Maka mereka hanya boleh dijemput petugas dari kecamatan dan desa, termasuk sebagai bentuk pertanggungjawaban agar mereka mau melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing dengan didampingi oleh Puskesmas," katanya.
Pilihan para pemudik yang rata rata memilih isolasi mandiri di rumahnya tetap dihargai oleh Pemkab Banyuwangi. Meski demikian, bila masyarakat dan Babinkamtibmas yang mengawasi mendapati pemudik tidak disiplin Isolasi, maka harus bersedia dibawa ke GOR.
"Jika melanggar, satgas desa akan membawa mereka kembali ke GOR untuk diisolasi," katanya.
Anas meminta kepada masyarakat mulai dari RT dan RW kompak mengawasi warga yang datang dari luar kota untuk disiplin isolasi. Sebabnya perlu kesadaran bersama untuk mencegah agar pemudik yang berpotensi membawa virus corona dari zona merah luar kota bisa dicegah bersama.
"Kita sudah berupaya nyiapin tempat, makan gratis (di GOR atau rumah singgah), tapi pilihan itu kita hormati. Maka perlu kerja bersama agar tidak sampai membawa virus dari luar kepada keluarga mereka atau desa mereka," kata Anas.
Saat ini, Pemkab Banyuwangi menyiapkan pendataan semua pemudik dari berbagai pintu masuk utama lewat nomor induk di KTP, kemudian dimasukkan ke sistem Smart Kampung yang terkoneksi di desanya masing-masing. Sistem tersebut bakal mempermudah petugas di kecamatan maupun desa untuk memantau pemudik baru yang datang.
"Kita fokus salah satunya dari Bali, karena memang banyak pekerja bawah maupun pengusaha yang tinggal di Bali. Seperti pekerja bangunan, secara fisik sehat, tapi kita tidak tahu dia memang sehat atau Orang Tanpa Gejala (OTG)," ujarnya.
(mdk/hhw)