Pendukung Amien Rais demo, minta jaksa KPK diperiksa
Pendukung Amien Rais demo, minta jaksa KPK diperiksa. Pendukung mantan ketua MPR Amien Rais melakukan aksi demo di depan Gedung KPK. Massa protes penyebutan nama Amien di sidang korupsi Alat Kesehatan (Alkes). Amien disebut terima duit Rp 600 juta dari hasil korupsi pengadaan proyek tersebut.
Pendukung mantan ketua MPR Amien Rais melakukan aksi demo di depan Gedung KPK. Massa protes penyebutan nama Amien di sidang korupsi Alat Kesehatan (Alkes). Amien disebut terima duit Rp 600 juta dari hasil korupsi pengadaan proyek tersebut.
Dalam orasinya, mereka berpendapat bahwa KPK telah mencemarkan nama baik pendiri Partai Amanat Nasional ini.
"Ini menyebarkan nama yang tidak baik terhadap ayahhanda (Amien Rais) kami. Kami yakin Amien Rais tidak pernah melakukan korupsi maka dari itu kami menganalisa siapa di balik yang ingin mengkonflikkan kita. Ada orang tertentu yang melakukan adu domba terhadap Amien Rais," kata salah satu Orator dari kalangan mahasiswa, di depan gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/6).
Orator dari Barisan Pemuda Partai Amanat Nasional (BP PAN) juga menambahkan, sebaiknya Jaksa yang mencatut nama Amien Rais segera diperiksa. Tidak hanya itu, BP PAN juga meminta agar Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk kembali meneliti peranan KPK.
"Kami sebagai kader muda PAN tidak rela mantan ketua PAN terlibat kasus korupsi, kami minta Jaksa KPK segera diperiksa, kalau perlu dipanggil ke komisi III kenapa bisa mencatut nama Amien Rais. Dan kami juga meminta kepada komisi III untuk meneliti kembali peran KPK," ujarnya.
Massa aksi juga meminta KPK mau temui Amien yang berniatan melaporkan dua nama besar diduga terlibat kasus korupsi pada Senin (5/6) siang ini. Massa juga minta KPK dengarkan klarifikasi Amien Rais terkait dana Rp 600 juta dari Soetrisno Bachir.
"Ketika enggak menerima Amien Rais maka dari itu jangan sampai kami melakukan hal yang tidak diinginkan kami tidak takut mati demi Amien Rais," tegasnya.
Berdasarkan pantauan merdeka.com, jumlah massa yang melakukan aksi unjuk rasa yang terdiri dari alumni aksi 411, 212, mahasiswa, hingga ormas keagamanan ini tidak mencapai jumlah 100 orang. Kedati demikian, aparat kepolisian terlihat tetap berjaga dan mempersiapkan peralatan lengkap seperti tameng jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Diketahui, Pendiri PAN, Amien Rais, disebut menerima transfer dana hingga Rp 600 juta dari pengadaan alat kesehatan (alkes) untuk mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB) 2005 pada Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan.
"Adanya aliran dana dari Mitra Medidua Suplier PT Indofarma Tbk dalam pengadaan alkes dengan PAN yaitu Sutrisno Bachir, Nuki Syahrun, Amien Rais, Tia Nastiti (anak Siti Fadilah) maupun Yayasan Sutrisno Bachir Foundation sendiri," kata Jaksa Penuntut Umum KPK Iskandar Marwanto saat membacakan tuntutan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di pengadilan Tindak Pidana Korupsi(Tipikor) Jakarta, Rabu (31/5) malam.
Menurut jaksa, pemenang proyek pengadaan itu yaitu PT Indofarma Tbk yang ditunjuk langsung Siti Fadilah dan menerima pembayaran dari Kemenkes lalu membayar suplier alkes yaitu PT Mitra Medidua.
"Selanjutnya PT Mitra Medidua pada 2 Mei 2006 mengirimkan uang sebesar Rp 741,5 juta dan pada 13 November 2006 mengirimkan sebesar Rp 50 juta ke rekening milik Yurida Adlanini yang merupakan serketaris pada Yayasan Sutrisno Bachir Foundation (SBF)," kata jaksa Iskandar.
Adanya isu tersebut membuat Amien merasa perlu untuk menklarifikasi dan memperbaiki nama baiknya. Karena itu tepat pada hari ini, 5 Juni 2017 dia akan berkunjung ke KPK dan menjelaskan mengenai dana Rp 600 Juta itu.
"Senin tanggal 5 Juni besok saya akan berkunjung ke KPK untuk menjelaskan duduk persoalannya tentang aliran dana RP 600 juta yang masuk ke rekening saya," ujar Amien kepada wartawan.
Ketua Dewan Majelis Kehormatan PAN ini mengaku akan melakukan ibadah Umroh pada 8 Juni mendatang. "Sebelum saya berangkat umrah, saya akan berkunjung ke KPK terlebih dahulu, kalau dipanggil KPK saat masih umrah, saya khawatir dianggap kabur, lari dari tanggung jawab," tegasnya.