Peneliti sebut lembaga survei ladang bisnis, sulit dipercaya
"Kita kehilangan lembaga yang berada di tengah, tidak terafiliasi, dan ini membuat masyarakat berprasangka buruk."
Lembaga survei belakangan ini dinilai sudah mengubah orientasinya dari murni kegiatan akademis menjadi sebuah ladang bisnis baru. Menurut peneliti opini publik Agung Prihatna, selama sepuluh tahun terakhir sejak 2004, jajak pendapat tumbuh menjadi industri baru di Indonesia.
Dia menyatakan hal itu berkembang seiring iklim politik nasional yang mulai terdesentralisasi. Terbukti ajang pemilihan kepala daerah menjadi konsumen terbesar para penyedia jasa sigi. Tetapi, dia justru menyayangkan kenyataan itu.
"Yang jadi masalah pada kawan-kawan polster saat ini adalah sarat dengan nilai komersil. Survei tumbuh menjadi industri dan bisnis," kata Agung dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (12/7).
Agung membandingkan dengan jajak pendapat yang dia lakukan sepuluh tahun lalu. Dia mengaku saat itu menggelar survei sebagai bentuk bakti dunia akademik kepada masyarakat. Dia merasa hal itu berbanding terbalik dengan saat ini. Sebab, akibat perkembangan bisnis survei saat ini justru sengaja dipakai buat membentuk dan mengombang-ambingkan opini masyarakat, tentu dengan sokongan dana besar dari si pemesan punya kepentingan. Akhirnya, menurut dia, masyarakat pun jengah karena merasa dipermainkan.
"Kita kehilangan lembaga yang berada di tengah, tidak terafiliasi, dan ini membuat masyarakat berprasangka buruk pada kedua belah pihak polster (lembaga survei)," ujar Agung.
Pendapat berbeda diutarakan oleh Anggota tim sukses pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Arif Budimanta. Dia mengatakan, jasa survei dan hitung cepat justru sangat dibutuhkan. Meski pada akhirnya menimbulkan polemik di tengah masyarakat seperti saat ini, Arif hanya menyatakan membiarkan rakyat menilai kredibilitas hasil sigi dan hitung cepat tiap lembaga.
"Kita sepakat menunggu KPU. Kita tidak perlu membesar-besarkan hal ini. Masyarakat percaya mana yang kredibel. Reputasi menjadi penting. Itu nantinya menjadi pengakuan," kata Arif.