Pengurus bantah ada kelompok pendukung ISIS di Masjid Al Fataa
"Kita biasa ngaji bahas isi Alquran, kalau pun ada penceramah bicaranya keras di sini itu sudah karakter penceramah."
Pengurus Masjid Al Fataa yang terletak di Jalan Menteng Kecil, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, membantah ada kelompok pendukung Abu Bakar Al-Baghdadi, pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurutnya, pengajian yang digelar rutin hanya mengkaji Alquran.
"Kita biasa ngaji bahas tentang isi Alquran, kalau pun ada penceramah bicaranya keras di sini itu sudah karakter penceramah. Kalau ada isi ceramah yang radikal juga kita tegur," kata Gufron saat ditemui merdeka.com di Masjid Al Fataa, Jalan Menteng Kecil, Jakarta Pusat, Senin (11/8).
Gufron menuturkan bahwa pada awal tahun 2014 memang ada panitia yang mengadakan pengajian rutin dengan mendatangkan para ustaz (penceramah).
"Dulu ada Ustaz Syamsudin Uba dan sama temannya Ustaz Abdul Aziz, dia jadi panitia pengajiannya di sini, itu juga cuma 7 bulan, dan isi pengajian itu bahas tauhid, syariat Islam. Biasanya mulai dari jam 9 pagi sampai siang," terang Gufron.
Syamsudin Uba ditangkap Kepolisian Resor Aro, Nusa Tenggara Timur. Pimpinan Jamaah Anshorut Tauhid itu disebut-sebut sebagai penggerak Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Kota Bekasi.
Lebih lanjut Gufron menuturkan, siapa pun yang ingin menggelar pengajian di Masjid Al Fataa diperbolehkan asal tidak bertentangan dengan undang-undang. Perihal adanya paham ISIS di masjid tersebut, Gufron, menapik bahwa itu hanya salah paham.
"Gini, masjid ini cuma fasilitas saja bagi mereka yang ingin gelar kajian Islam ya silakan. Terkait paham ISIS nggak ada, yang kita kaji di sini Alquran. Kalau ada penceramah yang gencar mengajak dukung ISIS itu urusan panitia tadi, bukan bagian dari kami sebagai pengurus masjid. Di sini cuma fasilitas (tempat) saja," paparnya.
Untuk para penceramah dan tema kajian, Gufron sepenuhnya mempercayakan pihak panitia. Dia sebagai pengurus masjid hanya memberikan izin dan sudah mendapat persetujuan dari RT setempat.
Dia menceritakan, dalam pengajian tersebut, jamaahnya bukan hanya warga sekitar, jamaah dari manapun datang mengikuti kajian. "Kalau ada pengajian di sini jamaah pengajian dari mana aja pada datang," ucapnya.
Semenjak ada larangan pengajian dari kepolisian setempat, lanjut Gufron, sistemnya diubah. Sekarang pengajian dikoordinir oleh RT dan RW untuk menghindari paham-paham radikal.
"Kita sudah dapat imbauan dari kepolisian setempat, sudah ngobrol juga, sekarang kalau ada pengajian di sini harus koordinasi dengan RT dan RW," ungkapnya.