Percakapan Jokowi saat minta ke Kapolri dicarikan ajudan dari Papua
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan percakapan Presiden Joko Widodo saat memilih ajudan yang hampir 7 bulan kosong. Pilihan Jokowi akhirnya jatuh pada Komisaris Besar Jhonny Edison Isir.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan percakapan Presiden Joko Widodo saat memilih ajudan yang hampir 7 bulan kosong. Pilihan Jokowi akhirnya jatuh pada Komisaris Besar Jhonny Edison Isir.
Saat itu upacara Bhayangkara 10 Juli, mundur dari yang seharusnya tanggal 1. Ada acara syukuran juga. Sehari-hari Tito didampingi ajudan asal Papua, Brigadir Stevanus.
"Waktu acara syukuran itu, pak presiden mungkin melihat ajudan saya Stevanus orang Papua," ungkapnya di Polda Metro Jaya, Rabu (16/8).
Kemudian, kata Tito, Jokowi bertanya, "ajudan Pak Kapolri orang Papua? Ya betul pak. Bagus enggak? Bagus pak, lima tahun bersama saya. Cerdas, loyal, bisa memahami apa yang kita inginkan, dan seterusnya lah," kata Tito.
Setelah itu Jokowi menyampaikan ingin memiliki ajudan dari Bumi Cendrawasih. Tito menjelaskan kebetulan dari tiga matra TNI yang jadi ajudan Jokowi semuanya jebolan Akmil 1996.
"Di polisi ada yang 96, bahkan Adhi Makayasa. Dan dalam sejarahnya, Akmil, Akpol, satu-satunya yang pernah Adhi Makayasa, juara satu itu adalah Jhonny Edison Isir," tuturnya.
Menurut Tito, Jhonny sosok polisi pintar. Untuk pengalaman bertugas sudah di Jawa Timur, lalu di Papua menjabat sebagai Kapolres di Gunung Wamena, Manokwari. "Dua tempat yang sangat dinamis keamanannya tapi bisa dikelola dengan baik."
"Dia juga lulusan Australianya masternya, di Wollongong University. Jadi bahasa Inggrisnya bagus, pribadinya juga bagus, sekarang direktur reserse di (Polda) Riau," tambahnya.
Lalu kata Tito, dia bertanya soal kesediaan Jokowi bertemu dengan Jhonny. Setelah mendapat lampu hijau dia siapkan sejumlah data. "Beliau begitu dihadapkan, langsung, 'ya saya pilih dia'," ungkapnya.
Menurut Tito, dirinya mengajukan tiga nama untuk menjadi ajudan Jokowi. Namun, Jokowi lebih memilih Jhonny.
"Ada 3 orang ajudan, sudah tes. Tes lulus. Cuma ini kan masalah kalau namanya mencari ajudan bukan hanya masalah kemampuan, tapi juga klik enggak, ada chemistry enggak. Rupanya beliau begitu dihadapkan langsung mengatakan, 'ya saya pilih dia (Jhonny)'," jelasnya.
Menurut Tito, keputusan ini menjadi sejarah baru. "Secara pribadi ini memberikan suatu sejarah. Kenapa? Sejarah pertama kali orang Papua bisa menjadi ajudan presiden," tandasnya.