Peringati hari anti korupsi, Novel ingatkan aktivis tetap semangat
Mantan Kasatgas penyidikan kasus korupsi simulator SIM itu mengungkapkan pentingnya menjaga semangat pencegahan korupsi. Mengingat kejahatan luar biasa tersebut telah menyusupi seluruh elemen, baik instansi pemerintahan sampai aparat penegak hukum.
Pengungkapan pelaku penyiram air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan hingga kini belum menemukan titik terang. Novel, hingga kini masih menanti kabar baik dari polisi sembari menjalani perawatan medis di sebuah rumah sakit di Singapura.
Kendati demikian, Novel meminta agar seluruh aktivis anti korupsi tidak surut dalam menjaga upaya pemberantasan korupsi. Hal ini disampaikannya melalui video yang diputar dalam acara talkshow mengenai pencegahan gratifikasi.
"Saya berharap pada para aktivis dalam rangka memberantas korupsi ini aktivis-aktivis anti korupsi ini agar tetap semangat tetap untuk berjuang bahwa apa yang kita lakukan tidak sia-sia," ujar Novel dalam unggahan video yang diputar oleh panitia di sela-sela talkshow, Bidakara Hotel, Jakarta Selatan, Selasa (12/12).
Mantan Kasatgas penyidikan kasus korupsi simulator SIM itu mengungkapkan pentingnya menjaga semangat pencegahan korupsi. Mengingat kejahatan luar biasa tersebut telah menyusupi seluruh elemen, baik instansi pemerintahan sampai aparat penegak hukum.
Belum lagi, ujar Novel, upaya pemberantasan korupsi kerap kali menghadapi serangan balik dari segala pihak.
"Ini menjadi PR kita semua, bahwa korupsi itu dahsyat dan perlu perhatian kita semua. Bahkan belakangan ini kita melihat corruption fight back terjadi di mana-mana," ujarnya.
Dalam memperingati hari anti korupsi sedunia, mantan ketua pengurus pusat Muhammadiyah, Ahmad Syarii Maarif juga meminta seluruh masyarakat Indonesia membiasakan diri 'tegas' terhadap seluruh bentuk tindak pidana korupsi, baik berupa gratifikasi ataupun suap.
Dia menambahkan, integritas terhadap pemberantasan korupsi juga harus diimplementasikan oleh seluruh pihak, khususnya elit politik. Sebab, Syafii menyangsikan sikap elit politik saat ini yang cenderung berada pada sikap oposisi terhadap KPK.
"Yang agak menyedihkan itu, elite politik tidak kompak dukung KPK. Padahal Undang-Undangnya dibuat di DPR bersama Pemerintah," ujar Syafii.
Dia bahkan melihat para elite politis tidak nyaman dan cenderung tak suka dengan keberadaan KPK. Padahal, imbuhnya, tanpa KPK, Indonesia bisa runtuh. Dia menganalogikan runtuhnya VOC akibat tindakan korupsi yang menggerogoti dari dalam.
"Tentu kita tidak mau bangsa ini hancur dengan digerogoti dari dalam," ujarnya.