PKB ikut-ikutan, isu full day school dinilai politis
Musni prihatin di saat kondisi bangsa seperti sekarang ini justru terjadi 'pertarungan' antara NU dengan Muhammadiyah soal full day school. Dia juga menyayangkan Ketua Umum PBNU Saiq Aqil Siroj mengeluarkan pernyataan-pernyataan keras.
Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar prihatin atas demonstrasi sejumlah santri menolak full day school viral yang berteriak-teriak 'bunuh menterinya sekarang juga'.
Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta ini menilai isu full day school sudah masuk ke ranah politik. Sebab, PKB ikut-ikutan dan menolak keras kebijakan tersebut.
Dia pun mengomentari pernyataan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) di media sosial twitter yang menolak keras full day school. Dalam pernyataannya itu, Cak Imin menyatakan kalau sampai NU marah dan bergerak bumi bisa goyang.
"Ini sudah masuk ranah politik karena PKB ikut-ikutan. Tidak seharusnya (Cak Imin) mengeluarkan pernyataan seperti itu. Penduduk negeri ini bukan semuanya NU. Kita harus saling dukung dan mengayomi, toleransi. Kita harus utamakan dialog, jangan main kuat-kuatan. Kalau main kuat-kuatan rakyat yang jadi korban," katanya kepada merdeka.com, Senin (14/8).
Dia prihatin di saat kondisi bangsa seperti sekarang ini justru terjadi 'pertarungan' antara NU dengan Muhammadiyah soal full day school. Dia juga menyayangkan Ketua Umum PBNU Saiq Aqil Siroj mengeluarkan pernyataan-pernyataan keras.
"Kalau pimpinan sampai dukung demo dan bilang tolak harga mati, tolak dialog, ini kan makin rumit. Padahal presiden selalu minta jaga persatuan dan kesatuan," katanya.
"Kejadian ini kalau kita enggak hentikan akan merusak persatuan kita antara 1 umat agama dalam satu agama," sambungnya.
Menurutnya, full day school bukan persoalan yang sangat penting. Hal itu bisa diselesaikan lewat jalan perundingan. Harusnya semua komponen bangsa memikirkan hal yang prinsipil yakni soal bagaimana mewujudkan keadilan sosial dan menghilangkan kesenjangan sosial di masyarakat.
"Jadi jangan dibesar-besarkan jadi berkelahi antar sesama anak bangsa. Kalau berkelahi yang untung pihak asing dan orang di negeri ini yang mau kita gaduh terus. Kan masyarakat yang jadi korban kalau begitu," katanya.
"Saya imbau dan minta ke pihak-pihak yang ada masalah ayo kita utamakan dialog supaya ini enggak berlarut-larut karena ini akan dimanfaatkan pihak lain untuk memperkeruh suasana," katanya.
Baca juga:
Ketum PBNU soal full day school: Kita tidak akan ikut aturan itu!
PPP nilai program sekolah lima hari tak bisa bentuk karakter siswa
Jokowi akan terbitkan Perpres Pendidikan gantikan 'full day school'
Demo tolak Full Day School nyanyi 'bunuh menterinya' disorot KPAI
Polisi diminta usut dalang aksi santri teriak 'bunuh menterinya'
Fasilitas memadai, Pemkot Bekasi siap terapkan full day school
-
Kenapa Alexandria Islamic School menerapkan konsep boarding dan fullday school? Dengan konsep ini Alexandria memiliki tujuan untuk menciptakan manusia-manusia yang memiliki pengetahuan global dan memiliki pemahaman yang mendalam mengenai iman dan taqwa.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Dimana Roestam Effendi belajar di sekolah tinggi guru bumiputera? Menempuh pendidikan di Kweekschool Bukittinggi dan melanjutkan di Hogere Kweekschool voor Indianse Onderwijzers atau sekolah tinggi guru bumiputera di Bandung, Roestam sudah menaruh minat di bidang kebudayaan dan bertekad kuat memperbaharui dunia sandiwara.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Siapa yang pindah sekolah? Melansir dari akun fristymayangdewi, seorang siswa bernama Ucok terpaksa pindah sekolah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dunia.