Politikus PDIP sarankan Jokowi beli Super Puma buatan Pindad saja
Helikopter AW 101 yang akan dibeli pemerintah harganya dinilai terlalu mahal.
Anggota Komisi I DPR Fraksi PDIP Tubagus Hasanuddin protes atas rencana pembelian helikopter mewah khusus untuk Presiden Jokowi. Menurutnya anggaran negara bisa dihemat dengan membeli produk buatan dalam negeri.
"Menurut hemat saya, sudah saatnya mengganti helikopter kepresidenan, tapi akan lebih bijak bila menggunakan produk dalam negeri saja dan sesuai dengan amanah UU no 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan pasal 43 tidak dibenarkan membeli alat pertahanan dan keamanan dari luar negeri selama negara sudah mampu memproduksinya," kata Hasanuddin dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/11).
Menurut Hasanuddin, memang pada dasarnya pembelian helikopter kepresidenan diproses oleh Sekretaris Negara. Namun sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari TNI Angkatan Udara.
"Heli jenis Super Puma yang digunakan oleh presiden selama ini dibuat tahun 2000 dan dipakai sejak tahun 2002, jadi sudah dipakai selama 13 tahun, menurut saya demi keamanan sudah selayaknya diganti. Untuk anggaran tahun 2016, setneg setelah mendapat saran dari TNI AU merencanakan membeli heli pengganti yang ada, dengan jenis AW 101 Agusta buatan Italia," tuturnya.
Hasanuddin menjelaskan bahwa helikopter mewah untuk Jokowi tersebut memang cukup canggih dengan interior yang mewah dan space yang lebar sehingga cukup nyaman untuk dipakai oleh VVIP. Tapi harganya menurut Hasanuddin sekitar USD 55 juta.
"Cukup mahal bila dibandingkan dengan jenis Super Puma produk PT DI kebangsaan anak bangsa yang harganya hanya USD 35 juta. Bila Super Puma mau dilengkapi seperti AW-101 Agusta sesungguhnya tinggal menambah saja seperti FLIR (forward looking infra red), chaff and flare dispatcher (proteksi/anti peluru kendali), infra red jammer dan laser warning. Semua alat ini seluruhnya diperkirakan seharga USD 5 juta. Sehingga harga satu unit Super Puma maksimal sekitar USD 40 juta," jelasnya.
Menurut Hasanuddin dengan membeli produk dalam negeri, maka negara untung sebesar 30% dari harga dasar setidaknya dalam bentuk material dari dalam negeri. Diperkirakan pula mampu mempekerjakan minimal 700 orang selama setahun.
"Dengan investasi skill untuk anak bangsa yang terus berkembang. Layanan purna jual seperti perawatan dan pengadaan suku cadang nya pun akan lebih murah dan terjamin. Sementara untuk suku cadang Agusta pasti akan lebih mahal dalam status import dan tak ada jaminan tidak diembargo," pungkasnya.