Polri hadirkan korban penembakan di sidang praperadilan Novel
Dia menceritakan kronologi penembakan dirinya dan lima orang lainnya karena ketahuan mencuri walet.
Korban penembakan terkait pencurian sarang burung walet di Bengkulu 2004 silam, dihadirkan pada sidang praperadilan Novel Baswedan, hari ini. Korban yang diketahui bernama Irwansyah Siregar itu dijadikan sebagai saksi fakta yang dari pihak Polri.
Dalam kesaksiannya, Irwansyah menceritakan kronologi penganiayaan dan penembakan yang dilakukan petugas kepolisian Bengkulu terhadap dirinya serta lima tersangka lain terkait pencurian sarang burung walet.
"Sewaktu kejadian, kami ditangkap dan dibawa ke polres. Kemudian, diinterogasi lebih dari empat jam, lalu dibawa ke atas, disetrum, kemudian dibawa ke pantai. Enggak lama saya turun dari mobil langsung ditembak. Jadi, dari kantor polisi saya dibawa ke pantai dengan tangan terborgol. Lalu kemudian diarahkan menghadap ke pantai dan ditembak dari belakang," kata Irwansyah di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (5/6).
Irwansyah melanjutkan kesaksiannya. Dia mengaku ingat betul siapa polisi yang memerintahkannya untuk menghadap ke arah pantai. Setelah memerintahkan hal tersebut, tidak lama berselang kemudian terjadi penembakan. Irwansyah pun meyakinkan jika petugas yang menembak dirinya adalah orang yang sama.
"Ingat (petugas polisi tersebut). Saya melihat. Tapi memang pada waktu itu saya tidak kenal namanya, tetapi saya ingat mukanya. Dia ada di ruangan ini (kemudian menunjuk Novel)," jelas Irwansyah tanpa menyebut identitas polisi yang dia maksud.
Setelah mendengar penjelasan Irwansyah, kuasa hukum Novel sempat mengajukan pertanyaan terkait awal mula laporan yang dibuat oleh Irwansyah kepada Kapolri untuk meminta keadilan pada 2012 lalu. Irwansyah pun menjelaskan jika laporan tersebut dibuat oleh Yuliswan, selaku kuasa hukum sekaligus saudara dari istrinya. Laporan itu kemudian dikirimkan Yuliswan kepada Kapolri untuk meminta keadilan atas kasus tersebut.
"Mulanya karena masa lalu saya hitam, saya malu menceritakannya. Saya juga tidak tahu kalau bapak (Yuliswan) itu pengacara. Lalu dia tengok kaki saya kan pincang. Ditanya kenapa, saya bilang enggak apa-apa. Kemudian saya ceritakan jika pada 2004 kami ketahuan maling walet, habis itu kami disiksa, disetrum, dibawa ke pantai, dan ditembak. Polisi yang nembak," pungkasnya.
Baca juga:
Bantah pernah dibui di Bengkulu, Novel punya bukti surat palsu Polri
Novel Baswedan: Izin ganti baju tapi diikuti, itu lazim?
Abraham Samad: Penghentian kasus Novel oleh SBY tak diikuti Polri
Tanggapi Samad, Polri sebut kasus Novel tak ditutup tapi ditunda
Novel minta saksi ahli Polri bicara fakta sidang bukan asumsi
Polri bawa 8 saksi di sidang lanjutan praperadilan Novel
Ajukan bukti baru, Novel tunjukkan surat penahanan Polri palsu
-
Apa yang dikatakan oleh Novel Baswedan tentang cerita yang ia dengar mengenai kasus e-KTP? “Iya saya memang pernah dengar cerita itu, saya saat itu ada di Singapura, sedang berobat,” kata Novel saat ditemui, Jumat (1/12).
-
Siapa yang memengaruhi Unsur Ekstrinsik Novel? Elemen-elemen dalam unsur ekstrinsik di antaranya latar belakang penulis, konteks sejarah dan budaya di mana novel tersebut ditulis, dan dampak dari novel tersebut terhadap masyarakat.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kapan cerita ini terjadi? Pada suatu pemilu, seorang calon kandidat datang ke desa untuk kampanye.
-
Apa yang digambarkan dalam novel "Laskar Pelangi"? Cerita Laskar Pelangi Andrea Hirata lahir di Belitung merupakan seorang penulis novel Laskar Pelangi. Karyanya itu lantas dijadikan film dan berhasil merenggut perhatian pecinta film di Indonesia. Alur cerita Laskar Pelangi ini menggambarkan kondisi pendidikan yang ada di Desa Hantong tepatnya di SD Muhammadiyah Gentong. Tempat belajar itu sudah tak layak pakai dan hendak ditutup.
-
Bagaimana Novel Baswedan mendapatkan informasi tentang keinginan Agus Rahardjo untuk mundur dari KPK? “Tetapi detailnya saya gak tahu, jadi saya waktu itu sedang sakit di Singapura sedang berobat. Ceritanya, tentunya saya tidak langsung ya. Jadi cerita itu saya denger-denger, dari Pegawai KPK lain yang bercerita. Jadi mestinya yang lebih tahu, pegawai yang ada di KPK,” ucapnya.