Polri siapkan 18.000 pasukan amankan demo Ahok
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku telah menyiapkan 18.000 pasukan gabungan Polri untuk mengawal aksi demo gabungan organisasi masyarakat (Ormas) Islam, Jumat (4/10). Pasukan akan disebar di sejumlah titik.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku telah menyiapkan 18.000 pasukan gabungan Polri untuk mengawal aksi demo gabungan organisasi masyarakat (Ormas) Islam, Jumat (4/10). Pasukan akan disebar di sejumlah titik.
"Total kita semua ada 18.000 pasukan gabungan," kata Tito di Mako Brimob, Depok, Senin (31/10).
Dikatakan Tito, pasukan gabungan itu bakal disiapkan untuk mengawal sejumlah tempat. Di antaranya, di depan Istana Negara, DPR dan tempat-tempat lain yang dianggap rawan.
"Unjuk rasa rencananya dilakukan di depan Istana Negara, mungkin juga di DPR. Kita akan amankan tempat-tempat itu, tapi tidak menutup kemungkinan ada tempat lain," ujarnya.
Mantan Kapolda Metro Jaya ini mempersilakan Ormas Islam untuk melakukan unjuk rasa pada 4 November nanti. Namun, Tito mengimbau selama menyampaikan aspirasi para demonstran taat terhadap aturan hukum yang berlaku.
Tito menegaskan tidak boleh mengganggu ketertiban umum, kemudian tidak boleh mengganggu hak asasi orang lain dan mengganggu jalan orang lain. Bukan hanya itu, para demonstran juga tidak diperbolehkan menghujat siapa pun demi menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
"Kita berharap betul keempat koridor ini dipatuhi oleh yang demo. Silakan diatur, kita akan kerjasama, kemudian kontak person-nya kita atur, kita komunikasikan supaya tertib dan aman. Dan suara atau kehendak yang disampaikan bisa tersampaikan dengan baik juga," ungkap Tito.
Untuk mengantisipasi terjadinya kericuhan, Tito pun sudah meminta anggotanya mewaspadai pihak-pihak yang mencoba menyusup dan memprovokasi para demonstran.
"Bisa saja ada penyusup-penyusup yang mengganggu. Kita akan mewaspadai itu," ucap dia.
"Yang demo juga harus waspada, jangan sampai mereka yang murni menyampaikan pendapat tapi kemudian ada pihak yang menunggangi mereka. Itu biasa terjadi dimana-mana," pungkas mantan Kepala BNPT itu.