Presiden Jokowi: 59 Persen Dokter Spesialis Terkonsentrasi di Pulau Jawa
Terlebih, kata Jokowi, distribusi dokter spesialis di daerah juga tak merata.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menekankan pentingnya peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
- Jokowi Soroti Tak Ada Dokter Spesialis Jantung hingga Kanker di RSUD Tamiang Layang
- Jokowi: 59 Persen Dokter Spesialis Terkonsentrasi di Pulau Jawa
- Presiden Jokowi Berharap Prabowo-Gibran Bisa Selesaikan Masalah Kesehatan
- Jokowi Akan Tambah Fasilitas Kesehatan dan Dokter Spesialis di RSUD Sibuhuan Sumut
Presiden Jokowi: 59 Persen Dokter Spesialis Terkonsentrasi di Pulau Jawa
Terlebih, kata dia, penyakit menonjol seperti stroke dan jantung banyak ditemukan di daerah terpencil.
"Yang saya lihat hampir di semua daerah, penyakit yang menonjol itu stroke, jantung. Problemnya kalau di sebuah kabupaten atau kota yang jauh dari provinsi, tidak segera ditangani ya ini akan menjadi problem," kata Jokowi saat mengunjungi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H.L.M. Baharuddin, M.Kes di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Senin (13/5/2024).
Untuk itu, dia menyampaikan pentingnya pemerataan akses ke peralatan kesehatan modern hingga tingkat puskesmas. Mulai dati, alat CT scan, cath lab, hingga mammogram.
"Oleh sebab itu, sekarang Kementerian Kesehatan banyak mengirimkan CT scan, cath lab, mammogram, atau yang ke level lebih kecil yaitu ke kabupaten, ke puskesmas itu ada USG untuk kehamilan," jelasnya.
Jokowi senang adanya dokter spesialis di kabupaten tersebut yang mampu mengoperasikan peralatan canggih. Dengan begitu, alat kesehatan modern yang dikirim pemerintah dapat dipergunakan dengan baik.
"Saya melihat di sini baik. Gedungnya bagus, tata ruangnya bagus, bersih, saya kira itu yang harus semuanya menuju ke sana," tutur Jokowi.
Sebelumnya, Jokowi meminta agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera mengisi kekosongan dokter umum dan dokter spesialis di rumah sakit daerah. Jokowi tak mau peralatan kesehatan yang sudah ada seperti, MRI, USG hingga mamogram tak digunakan karena tak ada dokter spesialis.
"Tadi Pak Menkes sudah menyampaikan bahwa dokter umum masih kurang 124.000, dokter spesialis masih kurang 29.000. Jumlah yang tidak sedikit. Ini yang harus segera diisi," kata Jokowi dalam Peresmian Peluncuran Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta, Senin (6/5/2024).
"Jangan sampai peralatan yang tadi sudah sampe di kabupaten/kota, sudah sampe di provinsi tidak berguna gara-gara dokter spesialisnya yang tidak ada," sambungnya.
Dia mengaku banyak mendapat keluhan soal tak adanya dokter spesialis di daerah, khususnya provinsi kepulauan. Jokowi menyampaikan hal ini menjadi pekerjaan besar pemerintah untuk menyediakan dokter spesialis di rumah sakit daerah.
"Rasio dokter berbanding penduduk kita. Saya kaget, saya tadi pagi baru baca 0,47 dari 1.000, peringkat 147 dunia. Sangat rendah sekali. Di ASEAN kita peringkat 9. Berarti masuk 3 besar tapi dari bawah. Ini problem angka-angka yang harus kita buka apa adanya," jelasnya.
Tak hanya itu, Jokowi menuturkan pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Menurut dia, jumlah dokter spesialis tersebut sangat kurang sekali untuk Indonesia.
Terlebih, kata Jokowi, distribusi dokter spesialis di daerah juga tak merata. Dia mengatakan 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa.
"Rata-rata semuanya dokter spesialis pada di Jawa dan di kota. 59 persen dokter spesialis itu terkonsentrasi di Pulau Jawa, 59 persen," ujarnya.
Oleh sebab itu, dia meminta Kemenkes membuat terobosan untuk memperbanyak dokter spesialis di Indonesia. Salah satunya, dengan memaksimalkan 24 fakultas kedokteran dan 420 rumah sakit.
"2 mesin ini harus dijalankan bersama-sama agar segera menghasilkan dokter spesialis yamg sebanyak-banyaknya dengan standar internasional," tutur Jokowi.