Rekannya dihajar satpam, ratusan anggota PP gruduk Grand City
Ratusan anggota Ormas Pemuda Pancasila (PP) geruduk mal karena tidak terima rekannya dianiaya oleh satpam.
Marah rekannya dianiaya dengan tangan diborgol puluhan satpam Grand City Mall, ratusan anggota Ormas Pemuda Pancasila (PP) geruduk mal yang berada di antara Jalan Wali Kota Mustajab dan Kusuma Bangsa, Surabaya, Jawa Timur itu. Menurut Wahyu (27), anggota PP Surabaya, peristiwa penganiayaan itu terjadi Rabu dini hari tadi.
"Korbannya teman kami, namanya Yuska, umurnya 27 tahun, tinggal di Asemrowo. Akibat penganiayaan itu, Yuska sekarang dirawat di Klinik Pusura Surabaya," terang Wahyu di Grand City, Rabu (29/10).
Wahyu menceritakan, awal kejadiannya pada Selasa malam, dia dan Yuska bersama delapan rekan mereka yang lain, menggelar acara karaoke di Happy Pappy yang berada di Grand City Surabaya. Selain karaoke, mereka juga menggelar pesta minuman keras (miras).
Kemudian, sekitar pukul 11.30 WIB, di ruangan karaoke yang dibooking 10 anggota PP Surabaya itu, terjadi keributan. Teman cewek dari satu di antara 10 orang tersebut, digoda oleh lelaki lain yang ada di dalam ruangan yang mereka booking.
"Jadi yang bikin ribut itu orang luar, entah itu teman dari teman kita sendiri atau siapa kita tidak ingat orangnya. Kan tadi malam, selain kita yang dari PP, juga bawa orang luar ikut karaoke," kata Wahyu sambil menambahkan kalau mereka juga menggelar pesta minum saat itu.
"Waktu itu, dia (orang di luar anggota PP), menggoda cewek dari salah satu rekan kita. Terus terjadi keributan di dalam ruangan. Nah, setelah ribut-ribut itu, kita mau cari orang yang bikin onar tadi. Tapi ternyata dihalang-halangi oleh satpam," kata dia lagi.
Dan saat itulah terjadi perang mulut dengan para penjaga mal tersebut. Sekitar pukul 12.00 WIB, 10 orang anggota PP ini keluar mal, meski Happy Pappy belum ditutup. Normalnya tutup pukul 02.00 WIB.
"Namun, saat kami keluar, kami kehilangan satu teman kita. Yuska tidak bersama kita lagi. Namun, tiba-tiba sekitar pukul 03.00 WIB, kita dapat telephone dari Polsek Genteng, kalau teman kita dianiaya satpam Grand City," sahut rekan Wahyu yang lain.
Mendapat laporan itu, beberapa orang dari PP langsung mendatangi Mapolsek Genteng saat itu juga. "Ternyata Polsek Genteng tidak mau terima laporan satpam mal. Karena teman kami diserahkan dengan kondisi babak belur dan tangan diborgol serta tidak ada alasan jelas soal laporannya," katanya lagi.
Saat diculik dari kelompoknya, Yuska dibawa oleh sekitar 30 satpam mal dibawa ke tempat parkir. Tangannya diborgol ke belakang didudukkan pada kursi dan dihajar habis-habisan hingga babak belur.
"Setelah itu baru diserahkan ke polisi. Ya polisi nggak mau terima laporannya. Alasannya apa memukul orang dengan tangan diborgol. Kemudian tadi pagi kita juga sudah membuat laporan ke Polrestabes Surabaya."
Kemudian pada siang harinya, ratusan anggota PP Surabaya, giliran menggeruduk Grand City, untuk mencari satpam-satpam yang telah memukuli Yuska. "Kita cuma ingin tanya maksud dan alasan mereka (satpam) ini apa," tandas Wahyu.
Sementara dari pantauan di lapangan, ratusan anggota PP bergerombol di depan pintu masuk mal. Beberapa anggota polisi berseragam dan berpakaian preman juga terlihat di lokasi mal.
Sedangkan, beberapa anggota PP mencoba menemui pihak manajemen mal. Hingga saat ini, mereka masih berada di Grand City. Sementara tak satupun satpam mal ada di lokasi. Informasinya, mereka tidak mengakui adanya pemukulan dan peristiwa apapun malam tadi.
Pihak manajemen mal, melalui PR Grand City, Jesica saat dihubungi wartawan via selulernya, tidak mengangkat telephone-nya, termasuk tidak membalas SMS.