Rekonsiliasi kultural Jawa-Sunda, 3 nama jalan di Kota Bandung resmi diubah
Tiga ruas jalan Provinsi Jabar di Kota Bandung berganti nama, sebagai langkah rekonsiliasi budaya Jawa-Sunda antara Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Yogyakarta. Hal itu bertujuan memperbaiki memori kelam peristiwa perang Pasunda Bubat yang terjadi 661 tahun lalu.
Tiga ruas jalan Provinsi Jabar di Kota Bandung berganti nama, sebagai langkah rekonsiliasi budaya Jawa-Sunda antara Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Yogyakarta. Hal itu bertujuan memperbaiki memori kelam peristiwa perang Pasunda Bubat yang terjadi 661 tahun lalu.
Tiga ruas yang berganti nama itu adalah Jalan Gasibu diubah menjadi Jalan Majapahit. Kemudian ada Jalan Cimandiri menjadi Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Pusdai jadi Jalan Citraresmi.
-
Kenapa nama jalan memakai singkatan dari nama pahlawan? Tujuannya tentu saja untuk menyederhanakan penyebutan.
-
Kapan Jalan Tol Semarang-Batang diresmikan? Pada 20 Desember 2018, Jalan Tol Semarang-Batang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Jembatan Kalikuto bersama dengan ruas tol Pemalang-Batang dan Salatiga-Kartasura.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Apa kepanjangan nama pahlawan nasional yang diabadikan dalam nama jalan? Singkatan Nama 13 Pahlawan Nasional yang Sering Dijadikan Jalan, Tahu Kepanjangannya Semua? Sampai 2022, pemerintah Indonesia telah mengukuhkan 200 nama (185 pria, 15 perempuan) sebagai pahlawan nasional.
-
Apa tujuan utama dibangunnya Jalan Tol Semarang-Batang? Jalan tol ini menjadi magnet para investor untuk pengembangan kawasan industri di Kabupaten Batang.
-
Bagaimana menara tersebut di gambarkan dalam sumber sejarah? Menara ini memiliki empat sisi yang tergambar dengan jelas dalam ilustrasi kuno.
Dari pantauan, peresmian dilakukan oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Gubernur Jatim Soekarwo dan Wagub DI Yogyakarta Paku Alam X di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (11/5).
Ahmad Heryawan menyebut sudah melakukan kajian mendalam, komunikasi dan bermusyawarah dengan budayawan serta akademisi dalam memilih ruas jalan sekaligus mengganti namanya.
"Tentu saja ketika mengganti jalan kemudian diprotes masyarakat kan tidak nyaman. (Untuk itu, sebelumnya) Ini ada musyawarah," katanya usai peresmian.
Menurutnya harmonisasi budaya ini sangat penting untuk menyelesaikan konflik Jawa-Sunda pada masa lampau. Ia berharap sekat budaya yang terjadi antara Jawa-Sunda bisa mencair di tengah masyarakat.
Seperti diketahui, tragedi perang antara Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat Trowulan membuat keduanya memutuskan hubungan diplomatik, dan menerapkan isolasi terbatas dalam hubungan kenegaraan antara kedua kerajaan.
Akibat peristiwa ini pula diberlakukan peraturan larangan estri ti luaran, yang isinya di antaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak Majapahit.
Peraturan ini kemudian ditafsirkan lebih luas. Salah satunya adalah larangan bagi orang Sunda untuk menikahi orang Jawa.
Dalam rekonsiliasi budaya, penggantian nama jalan pun sudah dilakukan di Surabaya dan Yogyakarta. Di Kota Surabaya, nama Jalan Dinoyo berubah menjadi Jalan Sunda. Lalu, Jalan Gunung Sari berganti nama Jalan Prabu Siliwangi di bulan Maret 2018.
Di tahun sebelumnya, Yogyakarta lebih dulu memberi nama Jalan Pajajaran dan Jalan Prabu Siliwangi di ruas jalan jantung Kota Yogyakarta.
Gubernur Jatim Soekarwo optimis pendekatan budaya mampu mengakhiri permasalahan Jawa-Sunda. "Budayalah yang bisa menjernihkan dan membersihkan yang kotor. Lewat pendekatan budaya maka tidak akan yang terluka dan merasa benar atau salah," ungkapnya.
Menurut Pakde Karwo, jauhnya jarak terjadinya Pasunda Bubat dengan munculnya berbagai cerita yang ada di buku-buku merupakan upaya divide et impera oleh penjajah.
Karenanya, para tokoh meliputi budayawan, sejarawan, akademisi dan pemerintah sepakat untuk meluruskan hal itu, sehingga tidak menjadi konflik yang berkepanjangan.
"Dengan harmoni budaya ini maka akan bisa menjadikan Jawa-Sunda ini bersatu dan memperkokoh NKRI seperti yang dicita-citakan para pendiri republik," jelasnya.
Ia menambahkan, bersatunya Jawa-Sunda memberikan kontribusi ekonomi nasional mencapai hampir 40 persen. Hal ini tentunya akan memberi dampak yang luar biasa pada kesejahteraan masyarakat.
Oleh sebab itu, harmoni budaya ini akan ditinjaklanjuti dengan berbagai kerja sama baik di bidang pariwisata, perdagangan, ekonomi maupun politik.
Pasalnya, jumlah etnis Jawa mencapai 42 persen dari seluruh etnis di Indonesia, sedangkan etnis Sunda mencapai 14 persen. Jika digabungkan, jumlahnya mencapai 56 persen atau separuh lebih dari seluruh etnis di Indonesia.
"Artinya jika masalah Jawa dan Sunda selesai, maka perkara-perkara besar di Indonesia juga selesai," imbuhnya.
Baca juga:
Soal perubahan nama Jalan Warung Buncit, Sandiaga mengaku belum tahu
Suasana Jalan Mampang yang akan berubah nama
Usulan Jl AH Nasution masih dikaji, Anies minta tak ada sosialisasi
Diusulkan diganti Jl AH Nasution, ini kisah di balik nama Jl Warung Buncit
Jalan A.H Nasution tuai polemik di Jakarta
Anies tak mau gegabah ubah nama Jl Mampang-Buncit jadi Jl AH Nasution
Komunitas Betawi protes Pemprov DKI ubah nama Jalan Mampang-Warung Buncit