Ridwan Kamil: Sudah Tidak Ada Lagi Desa Sangat Tertinggal di Jabar
Selama empat tahun memimpin Jawa Barat, Ridwan Kamil mengklaim hampir 1.000 desa mengalami kemajuan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku telah melakukan perubahan besar-besaran dari desa. Selama empat tahun memimpin Jawa Barat, hampir 1.000 desa mengalami kemajuan.
Ridwan Kamil mulai menjabat Gubernur Jawa Barat sejak 5 September 2018. Dia didampingi wakilnya Uu Ruzhanul Ulum.
-
Apa yang dikatakan oleh Ridwan Kamil saat maju di Pilkada Jakarta? Calon pesaing Anies, Ridwan Kamil tak kalah kuat. Ridwan Kamil mendapatkan lampu hijau dari partai koalisi Prabowo-Gibran untuk maju Pilkada Jakarta. Partai-partai yang menyatakan kesiapan mengusung Ridwan Kamil itu adalah Gerindra, PAN dan Golkar. Bahkan, Gerindra sudah terang-terangan menginginkan kadernya menjadi calon wakil gubernur untuk mendampingi Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024."Secara alami secara manusiawi, kami ingin wakil kami ada di wakil gubernur," kata Habibburokhman kepada wartawan.
-
Kapan Ridwan Kamil menyelesaikan kuliahnya? Selanjutnya adalah potret Ridwan Kamil saat menyelesaikan Sarjana S-1 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung pada tahun 1995.
-
Kapan Jalur Pantura Jawa Barat mulai ramai pemudik motor? Sudah Ada Beberapa yang Mudik Saat kreator tersebut melalui Jalur Pantura, beberapa pemudik mulai terlihat di satu pekan jelang lebaran. Mereka sudah mulai pulang ke kampung halaman denga menggunakan sepeda motor.
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Siapa yang menyambut Ridwan Kamil di Cagar Budaya Setu Babakan? Kedatangannya itu langsung disambut oleh mantan Gubernur Fauzi Bowo alias Foke, Rabu (4/9).
-
Apa harapan Ridwan Kamil terkait hasil Pilpres? Saya sebagai ketua TKD Jabar kalau ternyata bisa bagus suara 02 satu putaran, kalau tidak tentu masih ada proses sampai Juni
“Dalam kurun waktu empat tahun kepemimpinan saya, Provinsi Jawa Barat berhasil memajukan 977 desa tertinggal dan sangat tertinggal,” kata Ridwan Kamil saat memberikan Kuliah Umum Blue Ocean Strategy Fellowship (BOSF) di Multipurpose Hall, Sampoerna University, Jakarta Selatan, Rabu (12/4).
Menurut Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, saat ini tidak ada lagi desa tertinggal dan sangat tertinggal di Jawa Barat. Capaian ini berkat program Gerbang Desa (Gerakan Membangun Desa) untuk mencapai ‘zeroing underdeveloped village’.
"Alhamdulillah, hari ini sudah tidak ada desa tertinggal dan sangat tertinggal di Provinsi Jawa Barat," ucapnya.
Dia menyebut, hampir 60 persen industri pengolahan berada di Jawa Barat. Kondisi ini turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dalam struktur perekonomian di Jawa Barat, sektor industri memiliki kontribusi terbesar dan menduduki peringkat pertama, disusul oleh sektor pertanian. Hal ini menjadi kekuatan bagi Jawa Barat untuk menyerap tenaga kerja guna kesenjangan ekonomi dan sosial di tengah masyarakat,” jelas Kang Emil.
Menurutnya, saat ini, total penduduk di Jawa Barat mencapai 50 juta orang. Sebanyak 39,8 juta di antaranya tinggal di desa. Jumlah desa di wilayah tersebut tercatat sebanyak 5.312.
Sebagai informasi, Kuliah Umum ini mengangkat tema ‘Kemakmuran Untuk Semua: Upaya Pembangunan Desa Di Jawa Barat Untuk Pemerataan Kesejahteraan’. Kegiatan ini diselenggarakan BOSF bekerja sama dengan Sampoerna University (SU), School of Government and Public Policy (SGPP) Indonesia dan Blue Ocean Global Network.
President of Sampoerna University Dr. Marshall Schott mengatakan, kemitraan ini merupakan kolaborasi strategis bagi Sampoerna University guna meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya membangun Indonesia dari desa. Sehingga Indonesia tidak hanya terlarut dalam hiruk pikuk kehidupan urban dan melupakan masyarakat desa.
“Sampoerna University sangat senang dapat bekerja sama dengan School of Government and Public Policy (SGPP) dan Blue Ocean Group Network dari Singapura untuk menjadi tuan rumah program Blue Ocean Strategy Fellowship. Program ini bertujuan untuk melibatkan serta mendukung beberapa talenta terbaik Indonesia untuk mengatasi masalah yang sangat penting bagi kita semua. Melalui penelitian dan forum publik, kami tahu bahwa Fellowship ini akan berfungsi sebagai katalisator yang kuat untuk dialog dan solusi lebih lanjut di ruang publik,” ucap Marshall.
CEO School of Government and Public Policy (SGPP) Ony Avrianto Jamhari menyampaikan, SGPP memiliki misi melatih para pemimpin publik di masa depan yang mampu memecahkan masalah publik. Kemudian menyelesaikan persoalan yang paling menantang dan meningkatkan peluang menghasilkan kebijakan yang diinginkan.
“BOSF dapat dijadikan sebagai model pembelajaran good practices atau praktik-praktik terbaik dan tidak baik di sebuah lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah. Para pemangku keputusan dapat menggunakan metode ini dalam mengambil keputusan,” kata dia.