Rumah rata dengan tanah, Setra kini bertahan di Kandang Suluh
Ia berharap pemerintah membantu membangun kembali rumahnya.
Setra Seja nampak lahap saat menyantap makanannya pada Minggu (26/1) siang. Dengan beratapkan anyaman daun kelapa dan beralas dipan yang biasa menjadi alas tempat tidur, Setra terus menghabiskan santapan yang diantarkan tetangganya. Usai menyantap makan siangnya, Setra terus menatap sisa puing rumah yang telah rata dengan tanah.
"Semalam saya tidur di sini. Gempanya masih terasa juga tadi malam sekitar jam 12.00," ujar Setra, warga Desa Adiraja Kecamatan Adipala Cilacap Jawa Tengah.
Pada rumah berukuran 12 X 8 meter yang berdinding tembok bata merah, Setra tinggal bersama istrinya. Ia menceritakan kejadian gempa yang akhirnya meluluhlantakkan rumah ditempatinya lebih dari 30 tahun. "Saat kejadian, saya bersama istri berada di depan rumah. Tidak lama kemudian ada getaran hebat dan saya melihat pohon pisang yang ada di halaman ambruk menimpa atap rumah di bagian dapur," katanya.
Setelah melihat kondisi rumahnya, Setra kemudian menyelamatkan diri ke tempat lebih aman bersama tetangganya. Saat kembali ke rumah, ia terkejut lantaran rumahnya berada di lingkungan RT 003/RW 05 sudah rata dengan tanah. "Semua alat dapur habis, yang bisa saya selamatkan diambil satu per satu," ujarnya.
Beberapa lemari, dipan, kasur, piring, gelas dan beberapa alat rumah tangga lainnya nampak diselamatkan Setra di bawah naungan "Kandang Suluh", yang disebut Setra sebagai rumah kayu bakar. Setra menyebut rumah kayu bakar, lantaran sebelum difungsikan secara darurat sebagai tempat tidurnya, lahan tersebut kerap digunakan sebagai tempat menaruh kayu bakar. "Ya siki manggone nang kandang suluh (Ya sekarang tinggalnya di kandang kayu bakar)," ucapnya sambil tertawa.
Melihat kondisi tersebut, tetangga di sekitar lingkungan rumah Setra kemudian berinisiatif membuat sebuah ruangan untuk dijadikan tempat tidur. Ruangan dikerjakan sejak pagi hingga siang tersebut diletakkan di tengah lahan bekas rumah Setra. Dengan menggunakan lembaran seng dan beratapkan asbes sisa rumah, bangunan tersebut nampak terlihat tak mencukupi dan pengap saat memasukinya di siang hari. "Ya ini buat sementara saja kalau untuk tidur, soalnya kalau tidur di luar kasihan," ujar tetangga Setra.
Meski begitu, Setra nampak gembira karena semalaman ia harus bertahan di antara gigitan nyamuk yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak di "Kandang Suluh". "Saya nggak kuat nyamuknya besar-besar kalau tidur di sini," ucapnya sambil menunjuk Kandang Suluh.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Supriyanto mengatakan pada hari Minggu (26/1) banyak pihak melakukan kerja bakti untuk membersihkan puing-puing akibat gempa. Menurut Supriyanto, kerusakan rumah di Kabupaten Cilacap tersebar di lima kecamatan. Lima kecamatan tersebut meliputi, Kecamatan Adipala, Bantarsari, Maos, Kesugihan, dan Majenang. "Dari 21 rumah yang rusak, 16 di antaranya berada di sejumlah desa di Kecamatan Adipala," jelasnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara Ahmad Lani menyatakan hingga kemarin pukul 07.00 WIB, setelah gempa utama dengan 6,5 SR, masih ada 23 kali gempa susulan. "Gempa susulan paling besar terjadi pada Sabtu tengah malam jam 23.58. Gempa tersebut berkekuatan 4,7 SR di sebelah barat daya Gombong, Kebumen dengan jarak 65 km," jelasnya.