Hutan Keramat di Semarang Ini Dipercaya Jadi Lokasi Kerajaan Kera, Jarang Dijamah Manusia
Salah seorang pencari rumput mengaku pernah melihat sosok kera putih yang besarnya seukuran kambing dewasa.
jatengSalah seorang pencari rumput mengaku pernah melihat sosok kera putih yang besarnya seukuran kambing dewasa.
Hutan Keramat di Semarang Ini Dipercaya Jadi Lokasi Kerajaan Kera, Jarang Dijamah Manusia
Di Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, terdapat hutan jati yang jarang terjamah manusia. Oleh penduduk sekitar, hutan itu dianggap keramat karena konon di sana menjadi lokasi kerajaan kera.
(Foto: YouTube Jejak Tempo Doeloe)
-
Di mana hutan jati di Mojokerto yang diduga sebagai kampung kerajaan? Areal hutan jati seluas 15 hektare di Desa Ngembat, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur dikenal sebagai bekas kampung kerajaan yang hilang.
-
Kapan Kerajaan Kendan berkuasa? Kerajaan Kendan berkuasa sekitar abad ke-6 sampai ke-7 masehi, dan merupakan salah satu kerajaan Sunda yang pernah berjaya.
-
Kenapa warga menduga hutan jati Mojokerto bekas kampung kerajaan? Dari struktur dan pola batu-bata yang ditemukan di tengah hutan jati, kawasan tersebut diduga merupakan salah satu kampung besar era Kerajaan Majapahit.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
-
Kenapa hutan awan begitu penting? Dari perspektif keanekaragaman hayati, hutan air memiliki peran penting karena menjadi habitat bagi berbagai tumbuhan dan hewan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia, fenomena yang dikenal sebagai endemisme.
-
Bagaimana masyarakat setempat menjaga kelestarian hutan di Kutai Timur? “Kita di sini juga hidup beriringan dengan adat. Cuma memang hukum adat itu tidak dominan di sini karena bukan hukum positif. Tapi hukum adat tetap kita hargai suatu norma-norma yang ada di kehidupan masyarakat kita,” papar Wakil Bupati Kutai Timur Kasmidi Bulang.
Menurut kesaksian Pak Nurhadi, salah seorang warga Desa Banding yang sehari-hari berprofesi sebagai petani, dari zaman nenek moyangnya hutan jati itu terdapat banyak kera. Namun seiring waktu keberadaan mereka sulit terkendali.
“Walaupun ada tanaman sebidang, kalau diserang sehari habis. Jadi pengamanan pertana lahan tanaman ini diberi pagar,” kata Pak Nurhadi terkait dengan serangan para kera ke lahan pertanian dia dan para penduduk lain.
Untuk lebih bisa masuk ke dalam hutan itu, tim kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe harus melewati tanah dengan medan menurun. Dari bawah terdengar suara gemericik air.
Selain pohon jati, di hutan itu sebenarnya terdapat beberapa tanaman buah-buahan, salah satunya pohon mangga.
Dari ketinggian, sungai di bawah tebing sudah mulai terlihat. Semakin ke bawah, aliran sungai makin dekat. Namun tak ada satupun kera yang terlihat.
Walaupun tak ada satupun kera, namun pemilik kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe sudah bisa merasakan aroma kera.
- Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak
- Serunya Berkunjung ke Kampung Flora di Kota Semarang, Dulunya Tempat Pembuangan Sampah Liar
- Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang
- Sepenggal Keindahan Bandung Ada di Oray Tapa, Tempat Bersantai sambil Menikmati Kota dari Ketinggian
- Bacaan Doa Setelah Sholat Fardhu Singkat, Lengkap Beserta Artinya
- Bertemu Jokowi, Pimpinan MPR Bahas Amandemen UUD 1945
Di pinggir sungai, banyak terdapat batu-batu besar. Pohon-pohon besar tumbuh lebat di kedua sisi tepian sungai.
Di antara batu-batu besar itu samar-samar terlihat mulut goa yang gelap. Kemungkinan goa itu merupakan sarang kera.
Untuk mencapai mulut goa, tim Jejak Tempo Doeloe harus menyeberangi sungai. Saat itu arus sungai cukup deras.
Di salah satu tebing yang berada tepat di pinggir sungai, terdapat retakan yang kemungkinan cukup dalam. Retakan itu ukurannya cukup besar, seakan membelah tebing itu menjadi dua bagian.
Karena ukurannya cukup besar, kemungkinan retakan itu menjadi sarang para kera. Setelah didekati, bau-bau kera makin tercium.
Salah seorang anggota tim Jejak Tempo Doeloe memberanikan diri untuk lebih masuk ke dalam lorong retakan itu. Namun saat makin dekat, lorong itu mengecil dan tinggal menyisakan sebuah mulut goa yang ukurannya cukup kecil untuk dimasuki manusia.
Karena risikonya cukup besar, tim kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe tidak berani lagi untuk masuk lebih dalam ke mulut goa itu.
Ternyata masih ada lubang-lubang goa lain di pinggir sungai itu. keberadaan lubang-lubang goa itu semakin menguatkan spekulasi kalau lokasi itu merupakan sarang kera.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya seekor kera terlihat di kejauhan sedang bergelantungan di atas pohon. Kera itu tubuhnya begitu besar.
Saat sedang istirahat makan siang di tengah hutan, beberapa anggota tim Jejak Tempo Doeloe kembali melihat kera-kera bergelantungan di atas pohon. Namun kera-kera itu bergerak cukup cepat.
Tempat Kerajaan Kera
Penduduk setempat percaya bahwa hutan itu merupakan lokasi kerajaan kera. Salah seorang penduduk di sana mengaku tak berani masuk ke dalam hutan jika tak ada keperluan yang mendesak. Bahkan pernah ada seorang pemburu yang berhasil menembak kera di sana, saat pulang ia tertimpa musibah hingga meninggal dunia.
Bahkan salah seorang pencari rumput yang tidak ingin disebutkan namanya, mengaku pernah melihat sosok kera putih yang ukuran badannya cukup besar. Tinggi kera itu kira-kira seukuran kambing dewasa. Oleh penduduk setempat, kera putih besar itu diyakini sebagai raja kera.