Fosil Kera Terkecil Berusia Sekitar 11 Juta Tahun ditemukan, Beratnya Hanya 10 Kilogram
Spesies ini termasuk dalam kelompok nenek moyang yang melahirkan manusia modern, gorila, dan simpanse.
Di Jerman, telah ditemukan kera terkecil yang diperkirakan hidup sekitar 11 juta tahun lalu. Makhluk kecil ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan kera lainnya yang pernah ada, dengan berat diperkirakan hanya 10 kg, setara dengan berat balita manusia. Spesies ini dinamakan Buronius manfredschmidi dan termasuk dalam kelompok hominid purba, yang merupakan nenek moyang dari manusia modern, gorila, dan simpanse.
"Genus baru ini jauh lebih kecil daripada hominid hidup atau fosil apa pun," ungkap Prof Madelaine Bhme, seorang ahli paleontologi dari Universitas Tbingen yang memimpin penelitian ini, seperti yang dilansir oleh The Guardian. "Itu membuatnya sangat tidak biasa," tambahnya.
-
Apa nama fosil kera yang ditemukan? Studi ini menyarankan kemungkinan nenek moyang manusia dan kera Afrika berevolusi di Eropa sebelum mereka bermigrasi ke benua Afrika antara sembilan hingga tujuh juta tahun lalu.
-
Dimana fosil kera ini ditemukan? Penemuan ini, yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Communications Biology pada 23 Agustus, memicu re-evaluasi konsep-konsep seputar evolusi manusia yang selama ini sudah mapan.
-
Kapan fosil kera ini ditemukan? Kesimpulan ini didasarkan pada analisis tengkorak parsial yang ditemukan di situs tersebut pada 2015.
-
Bagaimana fosil kera ini ditemukan? Fosil ini ditemukan di lokasi fosil Çorakyerler dekat Çankırı dan peneliti mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki.
-
Dimana fosil kera raksasa ditemukan di Indonesia? Salah satu fosilnya ternyata juga ditemukan di Indonesia, tepatnya di Situs Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal.
-
Di mana dinosaurus kerdil ini ditemukan? Para ahli paleontologi mengidentifikasi adanya genus dan spesies baru dinosaurus di bebatuan Maroko.
Menariknya, spesies yang baru ditemukan ini diduga hidup berdampingan dengan hominid lain yang jauh lebih besar, yaitu Danuvius guggenmosi. Sebelumnya, sisa-sisa fosil kera yang lebih besar tersebut diperkirakan berasal dari periode yang sama dan ditemukan di lokasi fosil yang sama di Bavaria. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang keragaman spesies hominid yang pernah ada dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain di masa lalu.
Penemuan terkait gigi
Temuan sisa-sisa kera ini terdiri dari dua gigi dan satu tempurung lutut, yang menunjukkan bahwa Buronius adalah pemanjat ulung. Ketebalan enamel yang tipis serta keausan minimal pada giginya mengindikasikan bahwa ia lebih banyak mengonsumsi buah-buahan dan daun yang lembut.
Ukuran tubuhnya yang kecil memungkinkan Buronius untuk hidup di ketinggian. Sebaliknya, Danuvius memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan kokoh, serta dianggap sebagai omnivora. Beberapa ilmuwan percaya bahwa adaptasi pada sendi lututnya yang mampu menahan beban memberikan indikasi adanya bentuk bipedalisme primitif.
Perbedaan dalam gaya hidup kedua spesies ini kemungkinan besar memungkinkan mereka untuk berbagi habitat tanpa harus bersaing dalam memperebutkan sumber daya, mirip dengan hubungan antara siamang dan orangutan yang dapat ditemukan di Kalimantan serta Sumatera. Penemuan ini berpotensi memberikan wawasan kepada para ilmuwan mengenai keanekaragaman hominid pada akhir zaman Miosen, ketika setidaknya terdapat 16 spesies kera besar di Eropa.
Tinggal di lingkungan yang berbeda dari yang lain
Bhme menyatakan tidak ada kejelasan mengenai bagaimana Buronius bisa memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dibandingkan hominid lainnya. Salah satu kemungkinan yang ada adalah ukuran Buronius yang lebih kecil memungkinkannya untuk mengisi relung ekologi yang berbeda dari para tetangganya yang lebih besar.
Selain itu, ada kemungkinan lain bahwa Buronius merupakan representasi dari kera besar yang lebih tua. "Sulit untuk mengatakan mengapa tidak ada hominid kecil yang hidup saat ini," ungkapnya.
"Dalam garis keturunan evolusioner, biasanya Anda mulai dari ukuran kecil dan kemudian berkembang menjadi lebih besar, dan setelah mencapai ukuran yang lebih besar, biasanya tidak ada kembali ke ukuran yang lebih kecil."