Ilmuwan Ungkap Hewan-Hewan Aneh Ini Pernah Hidup di Indonesia 12.000 Tahun Lalu
Ilmuwan mengungkap hal ini melalui kumpulan fosil yang ditemukan di Indonesia.
Ilmuwan mengungkap hal ini melalui kumpulan fosil yang ditemukan di Indonesia.
-
Fosil hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
-
Apa hewan purba yang ditemukan? Hewan purba ini merupakan spesies Dinocephalosaurus orientalis.
-
Hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tengkorak yang masih utuh itu ditemukan dalam endapan batu raksasa. Berkat penemuannya, ilmuwan berhasil mengidentifikasi spesies baru anjing laut.
-
Apa jenis hewan purba yang ditemukan? Sumber: CNN Berdasarkan hasil CT-scan mikro, sarang dan telur ini milik belalang.
-
Dimana fosil hewan purba itu ditemukan? Penemuan ini bermula ketika pada 1983, anggota Royal Ontario Museum menjelajahi Canadian Rockies dan menemukan lapangan fosil yang sangat luas di Taman Nasional Yoho, menurut studi yang diterbitkan pada 21 Juni dalam Journal of Systematic Palaeontology.
-
Di mana fosil hewan purba itu ditemukan? Sebuah penemuan baru dari nenek moyang plesiosaurus bernama Chusaurus xiangensis telah ditemukan di Fauna Nanzhang-Yuan'an di Provinsi Hubei, China.
Ilmuwan Ungkap Hewan-Hewan Aneh Ini Pernah Hidup di Indonesia 12.000 Tahun Lalu
Beberapa ribu tahun yang lalu, pulau Sumba di NTT, Indonesia adalah rumah bagi gajah, tikus raksasa, dan naga, menurut penemuan fosil yang dilaporkan dalam jurnal ilmiah bulan lalu.
Ekspedisi tersebut menandai penemuan pertama fosil komodo di luar pulau Flores, sebuah pulau di sebelah timur Bali, yang membuat seorang ilmuwan bertanya-tanya apakah makhluk tersebut dapat diperkenalkan kembali di Sumba.
Sumber: Mongabay
Laporan tersebut diterbitkan dalam jurnal Prosiding Royal Society B, menggambarkan fosil gajah kerdil (Stegodon florensis insularis), hewan pengerat sebesar kucing, dan kadal terbesar yang masih hidup di dunia, komodo (Varanus komodoensis), satu-satunya grup yang masih ada.
Menurut makalah tersebut, beberapa dari spesies ini diperkirakan telah menghuni Sumba sekitar 12.000 tahun yang lalu.
Ekspedisi untuk mengumpulkan fosil-fosil ini dilakukan pada tahun 2011 dan 2014 oleh para ilmuwan dari Zoological Society of London (ZSL). Mereka mengumpulkan fosil dari berbagai deposit di Sumba, sebuah pulau yang terletak di antara Asia dan Australia, bagian dari gugusan pulau yang dikenal sebagai Wallacea, dinamai untuk menghormati ahli biologi Alfred Russel Wallace.
Wallacea menjadi perhatian global pada tahun 2004 ketika fosil manusia kecil yang telah punah ditemukan di Flores, yang kemudian dikenal sebagai "hobbit" atau Homo floresiensis. Penemuan ini memicu minat untuk mengeksplorasi lebih lanjut wilayah ini, termasuk ekspedisi ZSL ke Sumba.
“Hobbit ditemukan berasosiasi dengan fauna luar biasa yang telah punah seperti tikus raksasa, belalai kerdil (makhluk mirip gajah), dan vertebrata tidak biasa lainnya, dan kemungkinan besar fauna serupa juga terdapat lebih luas di Wallacea pada masa lalu,” jelas Samuel Turvey, peneliti utama dari Institut Zoologi ZSL.
“Namun, kita tidak tahu apa-apa tentang fosil fauna di sebagian besar pulau-pulau lain di wilayah ini, sehingga kita belum dapat merekonstruksi pola evolusi atau pergantian keanekaragaman hayati dari waktu ke waktu di wilayah yang secara biogeografis menarik ini,” tambahnya.
Sumba sendiri memiliki sedikit penelitian, baik dalam penggalian fosil maupun survei satwa liar.
“Mungkin karena begitu banyak pulau di Indonesia yang perlu dipelajari, dan masih relatif sedikit ahli biologi atau paleontologi yang fokus pada kawasan megadiversitas ini,” kata Turvey.
“Prioritas penelitian keanekaragaman hayati di seluruh Indonesia sangatlah besar,” lanjutnya.
Para ilmuwan berharap penelitian tambahan di Sumba dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai evolusi di wilayah tersebut, dan memberikan masukan dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan dan konservasi lingkungan.
“Penemuan ini memberikan gambaran yang menarik dan menyedihkan tentang dunia yang hilang, karena banyak hewan yang berevolusi secara terisolasi di pulau-pulau di Wallacea hilang setelah kedatangan manusia modern prasejarah,” kata Turvey.
Namun, Turvey memperingatkan bahwa hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati, mengingat potensi konflik manusia-satwa liar yang mungkin timbul akibat kehadiran kadal raksasa tersebut di pulau tersebut. Kesimpulannya, penemuan fosil di Sumba menghadirkan kesempatan untuk memahami lebih baik tentang masa lalu dan masa depan lingkungan hidup di wilayah ini.