Ilmuwan Temukan Fosil Berusia 330 Juta Tahun di Dalam Laci, Ternyata Makhluk yang Lebih Dulu Berkuasa di Bumi Jauh Sebelum Dinosaurus
Fosil ini membuka tabir nenek moyang paling awal yang diketahui.
Fosil ini membuka tabir nenek moyang paling awal yang diketahui.
-
Fosil hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
-
Kapan fosil dinosaurus tertua ditemukan? Fosil yang ditemukan pada Mei lalu di dekat sebuah waduk di kotamadya Sao Joao do Polesine itu diperkirakan berusia sekitar 233 juta tahun. Demikian menurut paleontolog Rodrigo Temp Müller, yang memimpin tim dari Universitas Federal Santa Maria yang menemukan tulang-tulang itu.
-
Hewan purba apa yang hidup sebelum dinosaurus? Jutaan tahun lalu sebelum masa dinosaurus, predator yang mirip Komodo dengan kepala raksasa hidup di Bumi.
-
Siapa yang menemukan fosil hewan purba? Ekspedisi untuk mengumpulkan fosil-fosil ini dilakukan pada tahun 2011 dan 2014 oleh para ilmuwan dari Zoological Society of London (ZSL).
-
Kapan fosil hewan purba ditemukan? Fosil hewan purba ini ditemukan 25 tahun lalu, tapi ilmuwan baru bisa mengungkap jenisnya.
-
Di mana fosil hewan purba ditemukan? Beberapa ribu tahun yang lalu, pulau Sumba di NTT, Indonesia adalah rumah bagi gajah, tikus raksasa, dan naga, menurut penemuan fosil yang dilaporkan dalam jurnal ilmiah bulan lalu.
Ilmuwan Temukan Fosil Berusia 330 Juta Tahun di Dalam Laci, Ternyata Makhluk yang Lebih Dulu Berkuasa di Bumi Jauh Sebelum Dinosaurus
Dalam laci sebuah museum di Kanada, para ilmuwan menemukan fosil yang mengubah sejarah paleontologi gurita, serta membuka tabir nenek moyang paling awal yang diketahui. Mereka terkejut mengetahui makhluk laut ini tidak hanya ada sekitar 330 juta tahun yang lalu—sebelum era dinosaurus—tetapi juga memiliki sepuluh kaki.
Sumber: Ancient Origins
Menurut laporan Nature Communications tahun 2022, para peneliti menemukan spesies baru vampyropoda.
Ini mengubah pemahaman tentang usia nenek moyang gurita yang telah diketahui selama ini, dengan usia mencapai 82 juta tahun.
Ini berarti, gurita tersebut sudah ada sebelum dinosaurus menghuni bumi sekitar 252 hingga 66 juta tahun yang lalu.
Fosil ini ditemukan dalam formasi batu kapur Bear Gulch di Montana, Amerika Serikat, kawasan yang dahulu merupakan teluk laut dan dikenal dengan pelestariannya yang luar biasa sejak zaman Karbon. Penemuan aneh ini telah mengubah pandangan kita tentang evolusi cephalopoda.Setelah penemuan tersebut, fosil disumbangkan ke Museum Royal Ontario di Kanada pada 1988, namun terlupakan selama beberapa dekade hingga Christopher Whalen, seorang peneliti paleontologi dari American Museum of Natural History di New York, menyadari pentingnya fosil ini. Spesimen yang sangat terpelihara ini memberikan petunjuk menarik tentang perilaku dan ekologi purba mereka.
Fosil ini, berukuran panjang 12 cm, ditemukan memiliki sepuluh anggota badan—dua lebih banyak dari gurita modern—masing-masing dihiasi dengan dua baris pengisap. Morfologi yang unik ini menunjukkan keanekaragaman awal cephalopoda dan memberikan wawasan berharga tentang sejarah evolusi mereka.
Analisis lebih lanjut terhadap fosil purba tersebut mengungkapkan bukti adanya kantung tinta. Sebuah fitur yang dimiliki oleh gurita modern yang memiliki kemampuan untuk mengalihkan perhatian dengan menyemprotkan cairan berwarna gelap, menunjukkan bahwa cephalopoda purba ini menggunakan strategi pertahanan serupa untuk menghindari predator. Adaptasi luar biasa ini menyoroti keberhasilan cephalopoda dalam beradaptasi dengan beragam lingkungan laut sepanjang sejarah bumi.Para ilmuwan menamai makhluk laut purba ini sebagai Sillipsimopodi bideni, untuk menghormati Presiden Joe Biden dan rencananya mendanai penelitian ilmiah.
Digambarkan sebagai “potongan teka-teki yang hilang” dalam sejarah vampyropoda yang panjang, nenek moyang cumi-cumi vampir dan gurita modern ini merupakan penemuan penting dalam bidang paleontologi.
Saat para ilmuwan terus mengungkap misteri masa lalu bumi, kisah nenek moyang gurita berkaki sepuluh menjadi bukti ketahanan dan kemampuan beradaptasi kehidupan di lanskap planet kita yang selalu berubah.