Ilmuwan Temukan Fosil Cakar Kepiting Raksasa, Kondisinya Sangat Utuh Meski Terkubur 8,8 Juta Tahun
Fosil ini terawetkan dengan baik karena terkubur di dalam sedimen.
Fosil ini terawetkan dengan baik karena terkubur di dalam sedimen.
-
Bagaimana fosil kepiting raksasa ditemukan? Setelah diamati lebih dekat, ia menyadari bahwa pada cakar tersebut terdapat seekor kepiting besar yang diawetkan dengan sempurna.
-
Dimana fosil kepiting raksasa ditemukan? Pada tahun 2008, seorang pemburu fosil amatir, Karl Raubenheimer, sedang berjalan-jalan di dekat rumahnya di Taranaki, Selandia Baru dan ia melihat sebuah capit besar yang menyembul dari sebuah batu.
-
Mengapa penemuan fosil kodok raksasa ini penting? 'Ini adalah salah satu fosil paling penting yang ditemukan di New South Wales dalam 30 tahun terakhir, jadi sangat menggembirakan untuk mendeskripsikannya secara resmi,' kata Dr. Matthew McCurry, salah satu penulis lainnya. 'Ini merupakan bagian kunci dari warisan fosil Australia.'
-
Kapan kepiting raksasa ini hidup? P. karlraubenheimeri hidup sekitar 8,8 juta tahun yang lalu pada Zaman Miosen, bersama dengan berbagai spesies kepiting besar dan kecil lainnya.
-
Dimana fosil kodok raksasa ditemukan? Kerangka makhluk mirip kadal raksasa tersebut awalnya ditemukan oleh seorang peternak ayam di sebuah tambang, kemudian disumbangkan ke Museum Australia di Sydney.
-
Siapa yang menemukan fosil gigi kera raksasa? Identifikasi pertama terhadap kera raksasa ini dilakukan oleh seorang antropolog Ralph von Koenigswald pada tahun 1935.
Ilmuwan Temukan Fosil Cakar Kepiting Raksasa, Kondisinya Sangat Utuh Meski Terkubur 8,8 Juta Tahun
Fosil cakar kepiting dengan ukuran sangat besar ditemukan di pantai Waitoetoe, Pulau Utara, Selandia Baru. Ilmuwan meyakini fosil ini merupakan nenek moyang dari kepiting raksasa selatan yang ada saat ini. Spesies ini diperkirakan hidup sekitar 8,8 juta tahun lalu dan dianggap sebagai jenis baru dalam ilmu pengetahuan.
Sumber: IFL Science
Ukuran yang sangat besar dan mencolok, membuat para ilmuwan menganggap bahwa spesies ini mungkin merupakan cikal bakal dari kepiting raksasa selatan yang dapat mencapai berat lebih dari satu ton.
Penemuan ini dianggap sebagai tambahan penting dalam penelitian paleontologi karena memberikan wawasan baru tentang kehidupan laut pada masa lampau.
Menurut para peneliti, fosil ini terawetkan dengan baik karena terkubur dalam sedimen, termasuk material vulkanik, sebelum proses dekomposisi menghancurkannya. Hal ini memungkinkan fosil ini menjadi bagian dari Formasi Urenui Miosen bagian atas di Cekungan Taranaki yang berumur sekitar 8,8 juta tahun. Penemuan ini juga menunjukkan nenek moyang kepiting ini hidup di perairan dalam, menandai penemuan pertama kali mereka di wilayah yang sekarang menjadi Selandia Baru.
Tim peneliti menyimpulkan fosil ini mewakili spesies baru yang diberi nama Pseudocarcinus karlraubenheimeri, sebagai penghormatan kepada Karl Raubenheimer dari New Plymouth, North Island, Selandia Baru, yang menyumbangkan spesimen tersebut.
“Kepiting Raksasa Selatan yang sekarang hidup, Pseudocarcinus gigas, adalah salah satu kepiting terbesar yang pernah hidup,” kata Barry WM van Bakel kepada IFLScience.
“Cakarnya bisa mencapai maksimum 47 sentimeter atau sekitar 18,5 inci, hampir setengah meter. Sedangkan fosil nenek moyang ini berukuran sekitar setengahnya," sambungnya.
Fosil ini juga memberikan gambaran tentang evolusi kepiting dari zaman dahulu hingga sekarang, dan bagaimana adaptasi mereka memungkinkan komunikasi dan kelangsungan hidup di lingkungan laut. Para peneliti menekankan gigantisme pada kepiting ini memberi mereka keuntungan dalam persaingan dan pertahanan di lingkungan mereka.