Saat jenderal senior gerah isu Badrodin kembali jadi Kapolri
"Prestasi Badrodin biasa-biasa saja. Tidak jelek, tidak terlalu hebat sekali," --Susno Duadji.
Akhir Juli 2016 merupakan batas akhir masa jabatan Kapolri Jenderal Badroddin Haiti. Menjelang lengsernya sang Kapolri, publik pun mulai ramai memperbincangkan mengenai sosok penggantinya, yang akan menduduki jabatan Tribrata satu di lembaga Kepolisian RI tersebut.
Sejumlah wacana pun mengemuka, termasuk isu mengenai akan diperpanjangnya masa jabatan Badrodin sebagai Kapolri oleh Presiden Joko Widodo. Hal itu lantas memantik berbagai pro dan kontra, termasuk dari sejumlah insan yang pernah berkecimpung di jajaran Polri.
Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal (Purn) Susno Duadji, merupakan salah satu orang yang ikut berkomentar mengenai rencana perpanjangan masa jabatan Badrodin tersebut. Menurutnya, isu soal perpanjangan jabatan Kapolri saat ini tidak begitu mendesak, karena tidak ada urgensi untuk mempertahankan Kapolri di posisinya saat ini.
Susno bahkan mengatakan, posisi Kapolri yang tidak memerlukan keahlian lebih, membuat Badrodin yang prestasinya biasa-biasa saja itu, sangat layak untuk digantikan oleh para bintang tiga penerusnya.
"Di Polri banyak sekali bintang tiga yang mumpuni, dan prestasi Badrodin biasa-biasa saja. Tidak jelek, tidak terlalu hebat sekali. Ya biasa-biasa saja," ujar Susno di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/5).
Susno menyebut, jika ada sebuah hal mendesak yang butuh peran serta keahlian khusus Badrodin sehingga membuatnya layak untuk kembali menduduki jabatan sebagai Kapolri, maka perpanjangan masa jabatan barulah pantas diberikan kepadanya. Namun, karena prestasinya dianggap biasa-biasa saja, maka ketentuan mengenai waktu pensiun pun tetap harus diberlakukan, kepada Badrodin Haiti sebagai Kapolri.
"Diperpanjang itu, pertama kalau ada sesuatu yang sangat mendesak. Kedua, karena keahliannya. Keahlian Kapolri, keahlian apa? Maka, pada waktu dia harus pensiun, ya harus di ganti," ujar Susno.
Susno mengatakan, calon Kapolri yang proporsional itu menurutnya harus dilihat dari kapasitasnya sebagai seorang 'leader', dan sebagai administrator yang handal. Selain itu, kemampuan untuk membangun hubungan dengan lembaga lain seperti DPR atau bahkan interpol, harus menonjol dimiliki oleh calon Kapolri tersebut.
"Calon Kapolri memang orang yang benar-benar harus seperti itu. Jangan sampai kita dengan dunia internasional diam saja, dengan DPR tidak nyambung, dan dengan aparat penegak hukum kok malah tidak beres hubungannya. Karena Polisi harus bisa berkomunikasi dengan semuanya," ujar Susno.
Untuk itu, Susno menekankan bahwa karakteristik seorang calon Kapolri memang harus mumpuni, karena kapasitas lembaga ini sangat besar sehingga calon pemimpinnya pun harus memenuhi segala kualifikasi yang dibutuhkan.
"Di Indonesia, tugas Kepolisian, fungsi dan kewenangannya itu sangat besar. Beda dengan negara lain. Karena dia menangani berbagai permasalahan. Apalagi setelah TNI dikembalikan ke fungsinya, besar sekali organisasi ini. Makanya kita harus betul-betul memilih Kapolri yang memenuhi kualifikasi," ujarnya.
Ketika ditanya siapa sosok yang dianggapnya pantas untuk menduduki jabatan Kapolri pengganti Badrodin, Susno mengaku enggan menyebut satu sosok nama. Namun, dirinya menegaskan bahwa sebenarnya masih banyak polisi bintang tiga lainnya di jajaran Polri, yang bisa disaring secara kualifikasi untuk menduduki dan menggantikan jabatan yang memang harus ditinggal pensiun oleh Badrodin Haiti tersebut
"Kalau saya tidak menyebut nama. Kalau mau prosesnya cepat dan sudah ada, ya Pak Budi Gunawan. Tetapi kalau yang lain kan masih banyak calon dari bintang tiga yang lain. Kalau diperpanjang, itu yang saya tidak setuju," pungkasnya.