Sapi India dinilai rawan penyakit, peternak di Jatim tolak impor
Para peternak juga yakin, jika pemerintah tetap impor sapi, harga lokal di pasaran bakal hancur.
Peternak sapi potong di Jawa Timur menolak impor dari India. Kehadiran sapi asal India dikhawatirkan akan mengganggu eksistensi para peternak, selain dampak rawan penyakit kuku dan mulut.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh para Peternak se-Jawa Timur yang berkumpul dalam sarasehan kelompok peternak sapi potong di Hotel El Jalan Raya Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
"Harus ada ketegasan untuk menolak sapi impor dari India. Sapi India belum bebas penyakit kuku dan mulut, kalau sampai kebobolan kita yang akan rugi," kata Hermanto, Pembina Kelompok Peternak Sapi Potong Malang Raya, Kamis (17/3).
Sapi India, kata Hermanto, akan diperoleh dengan harga sangat murah yang akan menjatuhkan harga daging di pasaran. Tetapi dampaknya akan mematikan para peternak sapi potong di Jawa Timur.
Sekarang ini, harga daging sedang baik dan stabil, namun dipastikan akan anjlok jika muncul keputusan impor sapi India.
"Ada sekitar 320 kelompok peternak sapi potong yang kolap. Mereka kini tengah menjalankan pengembangbiakkan sapi dengan sistem kerja sama dengan lembaga keuangan," katanya.
Di sela sarasehan peternak menggelar deklarasi menolak sapi impor asal India. Para peserta membentangkan berbagai spanduk dan tandatangan sikap.
Sementara itu, Bakir (55) peternak sapi asal Lawang, Kabupaten Malang, mengaku, sapi impor akan berdampak pada harga daging. Para peternak akan merugi mengingat harga beli bibit sapi yang sudah mahal.
"Beli bibit dan pakannya mahal, kalau saat panen harganya murah, petani akan merugi," ucapnya.
Bakir berharap pemerintah tegas tidak impor sapi, tetapi juga memberikan bantuan bagi peternak dalam mendapatkan bibit sapi. Para peternak dengan persoalannya butuh dibina, bukan diganggu dengan impor sapi.
"Kita butuh dibina, jangan dibinasakan. Kalau disubsidi bibit sapi dengan harga murah, kemudian diminta mengangsur akan sangan membantu," harapnya.
Kapala Dinas Peternakan Kabupaten Malang Sudjono menegaskan, stok sapi di wilayahnya sudah surplus. Tetapi selama ini memang menjadi penyetok kebutuhan daerah lain, seperti Kota Malang dan Kota Batu.
"Untuk memutuskan impor butuh kajian panjang, itu yang selama ini belum dilakukan. Semoga ada solusi, apalagi dari India," tegasnya.