Satgas: Risiko Penularan Covid-19 Klaster Keluarga 10 Kali Lebih Tinggi
dalam lingkungan keluarga, interaksi antara satu sama lain sangat dekat. Penggunaan masker juga biasanya tak mungkin setiap saat diterapkan.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengatakan risiko penularan Covid-19 yang disebabkan klaster keluarga 10 kali lebih tinggi dibandingkan klaster lain. Ini diakibatkan keluarga tak bisa menerapkan protokol kesehatan setiap saat.
"Kalau secara teori, kurang lebih klaster keluarga itu risiko penularannya 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan klaster yang lain. Karena anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain pasti akan lebih sulit menjaga jarak," katanya dalam diskusi virtual, Selasa (5/1).
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
Dewi menyebut, dalam lingkungan keluarga, interaksi antara satu sama lain sangat dekat. Penggunaan masker juga biasanya tak mungkin setiap saat diterapkan.
"Kalau bersama anak tidak mungkin berjauh-jauhan. Penggunaan masker juga tidak mungkin setiap hari, setiap saat pakai masker. Jadi klaster keluarga lebih didominasi oleh nature atau karakteristik orang berinteraksi di dalam rumah memang lebih dekat. Jadi physical kontaknya sangat dekat," ujarnya.
Menurut Dewi, ada dua penyebab terjadinya penularan Covid-19 di lingkungan keluarga. Pertama, salah satu anggota keluarga terjangkit Covid-19 saat berada di luar rumah. Kedua, ada tamu yang berkunjung namun sudah terinfeksi Covid-19.
Guna mencegah penularan Covid-19 di lingkungan keluarga, Dewi menyarankan keluarga untuk menerapkan protokol kesehatan menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan ketika kedatangan tamu.
"Kedua, ketika ke luar rumah, beraktivitas di luar karena tak bisa dihindari ini juga harus dipastikan kita menerapkan 3M dengan sangat ketat," sambungnya.
Sebelumnya, Dewi mengatakan klaster keluarga turut menyumbang peningkatan kasus penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di Indonesia.
"Jadi kalau kita lihat memang klaster keluarga ini adalah salah satu klaster yang memang menyumbangkan angka yang cukup tinggi," katanya..
Dia mengutip data Satuan Tugas yang menunjukkan sekitar 40 persen dari kasus penularan Covid-19 di DKI Jakarta berasal dari klaster keluarga. Menurut data Satuan Tugas, dari 4 Juni sampai 8 November 2020 ada 5.252 klaster keluarga dengan total 42.019 kasus penularan di DKI Jakarta.
"Kasus yang jadinya muncul dari klaster-klaster tersebut sampai dengan 42.019 orang dan ini menyumbangkan sekitar 40,1 persen dari total seluruh kasus yang ada di DKI," kata Dewi.
Selain itu, menurut dia, hasil survei yang dilakukan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran Jakarta menunjukkan sekitar tujuh persen dari orang yang tertular Covid-19 merupakan orang-orang yang jarang keluar rumah.
"Ini artinya apa? Berarti kemungkinan besar mereka tertular dari anggota keluarga yang ada di rumah atau mungkin orang yang berkunjung ke rumahnya pada saat itu sehingga terjadi penularan," katanya.
"Meskipun mereka tidak keluar rumah, namun tetap terinfeksi. Maka kemungkinan besarnya pasti berasal dari orang yang dekat kepada mereka," Dewi menambahkan.
(mdk/ray)