Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023
Ani menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
JN.1 merupakan turunan atau sublineage dari subvarian Omicron BA.2.86.
Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan, terdapat 38 kasus Covid-19 JN.1 dari awal 2023. Sebagai informasi, JN.1 merupakan turunan atau sublineage dari subvarian Omicron BA.2.86.
"Varian JN.1 ada, kita sudah ada. Sudah ditemukan. JN.1 itu dari hasil genome sequencing-nya di Jakarta sejak awal 2023 udah ditemukan 38 pasien," kata Kepala Dinkes Ani Ruspitawati di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (21/12).
Ani menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya. Namun, biasanya pasien yang terkena JN.1 warna lidahnya tampak lebih putih.
"JN.1 ini sebenarnya sama saja. Dia subvariannya turunannya Omicorn cuman dia ada ciri-ciri khasnya ya. Lidahnya menunjuikn warna lebih putih dari biasanya," jelas Ani.
"Kan subvariannya dari Omnicorn, jadi hampir sama tingkat fatalitynya tdk tinggi. Jadi makanya ringan gejalanya. Cuman penularannya memang cepat," sambungnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendeteksi kasus Covid-19 varian JN.1 di DKI Jakarta dan Batam, Kepulauan Riau. Varian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban mengatakan, varian JN.1 sendiri pertama kali terdeteksi pada September 2023.
“Saat ini, tidak hanya Singapura yang melaporkan adanya varian JN.1. India, AS (Amerika Serikat), dan China pun sedang menghadapi varian yang sama,” kata Zubairi melalui akun X @ProfesorZubairi, Senin (18/12).
Zubairi menjelaskan, JN.1 merupakan turunan atau sublineage dari subvarian Omicron BA.2.86.
Pakar penyakit menular dari University at Buffalo, Thomas Russo mengatakan, subvarian BA.2.86 memiliki 20 mutasi pada lonjakan protein.
“Sementara itu, JN.1 memiliki mutasi tambahan yang digunakan virus SARS-CoV-2 untuk menempel pada sel manusia dan membuat sakit," kata Thomas.