Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia
Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Kasus Covid-19 di Indonesia saat ini didominasi varian JN.1.
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia
Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus Covid-19 di Indonesia saat ini didominasi varian JN.1.
"Sejak Mei 2024, kasus Covid-19 yang beredar di Indonesia didominasi oleh subvarian omicron JN.1, JN.1.1, JN.1.39," jelas Nadia kepada merdeka.com, Rabu (29/5).
Data Kemenkes periode 12-18 Mei 2024, terdapat 19 kasus konfirmasi Covid-19, 44 kasus rawat ICU, dan 153 kasus rawat isolasi.
Adapun positivity rate mingguan di angka 0,65 persen dan nol kematian, tren orang yang dites per minggu mencapai 2.474 orang.
Sementara pada periode 19-25 Mei 2024, kasus konfirmasi Covid-19 naik menjadi 26, 52 orang menjalani perawatan di ICU, dan 147 isolasi.
Belum ada pasien Covid-19 meninggal dan 1.811 orang dites pada periode tersebut.
Cara Cegah Covid-19
Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril mengingatkan masyarakat untuk kembali menerapkan protokol kesehatan serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam merespons potensi peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.
Selain itu, masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
"Upaya kewaspadaan dan pencegahan masih sama, yaitu segera lakukan vaksinasi Covid-19 lengkap dan penguat (booster), terutama untuk kelompok lansia dan orang dengan penyakit penyerta," katanya.
Selain itu, PHBS seperti rajin mencuci tangan dan melakukan etika batuk atau bersin masih relevan untuk mencegah penularan kasus.
"Jika merasa sakit, untuk dapat segera memeriksakan diri ke fasyankes terdekat, menggunakan masker, dan hindari untuk berkontak dengan banyak orang," katanya.
Bagi masyarakat yang hendak bepergian keluar daerah atau keluar negeri, Syahril mengimbau agar mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan di wilayah yang dituju.
"Varian yang bersirkulasi (di luar negeri) saat ini KP.1 dan KP.2, tingkat penularan yang rendah dan tidak ada bukti menyebabkan sakit berat. Akan tetapi, kewaspadaan harus tetap kita jaga," ujarnya.
Berdasarkan data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) yang dihimpun ASEAN BioDiaspora Virtual Center per 19 Mei 2024, varian Covid-19 yang bersirkulasi di kawasan negara-negara ASEAN pada 2023-2024 didominasi oleh JN.1.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan, Covid-19 subvarian JN.1 beserta turunannya KP.1 dan KP.2 memang tidak menimbulkan gejala yang lebih berat, tapi memiliki kemampuan menembus perlindungan vaksinasi.
"Itu sudah semakin baik kemampuannya, lebih cepat, mudah menginfeksi. Apalagi, kalau belum divaksinasi bisa fatal, bahkan ketika menimpa orang komorbid atau orang lanjut usia atau, bahkan pada anak," katanya.
Dia mengatakan, dampak dari Covid-19 saat ini bukan lagi bersifat akut, tapi bisa menimbulkan dampak kronis yang berkepanjangan seperti komplikasi pada kelompok orang berisiko.