Satgas Ungkap 3 Penyebab Kasus Covid-19 Tinggi di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
Warga sebelumnya diingatkan untuk tetap waspada lantaran kasus Covid-19 di tiga wilayah ini masih tinggi.
Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan ada tiga kemungkinan yang menyebabkan adanya potensi terjadinya kenaikan angka penyabaran Covid-19 di beberapa provinsi dari Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Warga sebelumnya diingatkan untuk tetap waspada lantaran kasus Covid-19 di tiga wilayah ini masih tinggi.
"Kenaikan yang terjadi dapat terjadi karena banyak hal baik penularan di komunitas, pengaruh varian, maupun karena potensi penularan yang lebih tinggi akibat cakupan vaksinasi yang tergolong masih rendah," kata Jubir Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito saat dihubungi merdeka.com, Jumat (6/8).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
Lebih lanjut terkait tiga potensi tersebut, pertama adanya potensi penyebaran Covid-19 melalui komunitas adalah satu tingkatan lebih tinggi ketimbang klaster. Di mana cakupan penyebaran lebih luas, karena tidak jelas siapa yang menularkan dan siapapun memiliki resiko untuk tertular dalam suatu wilayah.
Kemudian, kedua pengaruh varian virus Covid-19 yang semakin berkembang dan menyebar, seperti varian Delta yang hampir mendominasi penyebaran di Indonesia. Dan ketiga masih minimnya tingkat vaksinasi di daerah membuat potensi penyebaran virus semakin mudah.
"Oleh karena pertimbangan-pertimbangan itu, pemerintah meningkatkan pengendalian Covid-19 dengan 3M+3T+ Vaksinasi dengan optimalisasi lebih Satgas di setiap Desa/Kelurahan," ujar dia.
Sedangkan, Wiku menjelaskan terkait vaksinasi yang masih belum merata dan rendah di daerah-daerah, dikarenakan suply kuantitas vaksin yang masih terus ditingkatkan.
"Supply dosis vaksin masih terus ditingkatkan saat ini baik dengan impor atau pengolahan vaksin bulk yang sudah ada agar dapat segera disuntikkan," ucapnya.
Sebelumnya, Wiku mengimbau sejumlah provinsi tetap waspada karena masih mengalami kenaikan kasus positif corona. Provinsi tersebut didominasi dari Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
"Beberapa provinsi harus terus waspada karena masih mengalami kenaikan kasus positif 3 minggu berturut-turut, Provinsi tersebut di dominasi dari Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi," katanya dalam tayangan virtual, Selasa (3/8).
Wiku melanjutkan, hampir semua provinsi di pulau masih Sumatera menujukkan kenaikan selama 3 minggu terakhir. Hanya kepulauan Riau yang menunjukkan penurunan kasus.
"Sedangkan di Kalimantan seluruh provinsinya masih menunjukkan kenaikan 3 minggu berturut-turut, kecuali Kalimantan Barat yang sempat mengalami penurunan," ucapnya.
Selain itu, kata dia, seluruh provinsi di Pulau Sulawesi menunjukkan kenaikan selama 3 minggu kecuali Sulawesi Tenggara dan Gorontalo yang sempat mengalami penurunan. Sedangkan, di Pulau Jawa masih ada Yogyakarta yang masih menunjukkan kenaikan kasus positif selama 2 minggu terakhir.
"Kenaikan kasus yang belum dapat ditekan pada sebagian besar wilayah tersebut tentu perlu menjadi perhatian kita bersama, kenaikan ini juga bisa terjadi karena pemerintah daerah dan masyarakatnya lengah dan menganggap daerahnya baik-baik saja hanya karena tidak menerapkan PPKM level 4," pungkasnya.
Kemenkes Temukan Lonjakan Kasus di Luar Jawa
Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan adanya peningkatan kasus mingguan angka terkonfirmasi positif Covid-19 di luar daerah Jawa-Bali yang melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.
"Di luar Jawa-Bali ini (PPKM Level 4) yang memang terjadi angka kontribusi peningkatan kasus," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr Siti Nadia Tarmizi melalui chanel Youtube Pusdalops BNPB, Senin (2/8).
Dalam tabel yang disampaikan Nadia, terdapat sejumlah provinsi di luar Jawa-Bali yang alami peningkatan dalam kasus mingguan penularan Covid-19, seperti Kalimantan Utara sebanyak 58% atau 2.336 tambahan kasus baru dalam seminggu terakhir.
Kemudian, Kalimantan Selatan sebanyak 50% atau bertambah 3.807 kasus baru, ada pula Sulawesi Tenggara 41% atau 1.438, kasus baru, serta Sulawesi Tengah terdapat 2.310 kasus baru dan Sulawesi Selatan 5.009 kasus baru yang masing -masing alami kenaikan kasus baru sebanyak 28%.
Sedangkan untuk Provinsi yang terletak di Jawa dan Bali rata-rata mengalami penurunan temuan kasus dalam satu minggu terakhir. Seperti DKI Jakarta turun sebanyak 45% atau 45.961 kasus, Jawa Barat 19%/52.478 kasus, DIY 20%/12.694 kasus, Banten 32%/16.840, Bali 29%/7.523. Sedangkan hanya Jawa Tangah yang naik sebanyak 7% menjadi 32.317 kasus baru dalam seminggu.
"Jadi sebagian besar dari peningkatan kasus baru kemudian perubahan tingkat kematian, kemudian jumlah orang yang dirawat serta pemakaian tempat isolasi serta angka tes itu memang kita melihat mulai meningkat di luar Jawa Bali," kata Nadia.
"Artinya ini kembali lagi, bapak ibu sekalian menjadi perhatian kita bersama untuk teman-temab diluar Jawa Bali bersiap-bersiap. Belajar dari apa yang sudah terjadi di Jawa Bali tentunya kita akan bisa lebih antisipatif," tambahnya.
Oleh karena itu, Nadia menyarankan kepada pemerintah daerah untuk tetap bersiap dan meningkatkan keterisian tempat perawatan, testing, hingga ketersediaan oksigen guna mengantisipasi adanya lonjakan kasus.
"Target kita untuk daerah yang positif rate nya diatas 25% harus 1.000 per Minggu untuk bisa menurunkan kasus betul-betul untuk mengendalikan laju penularan.
Dan Kemenkes akan membantu menyediakan rapid antigen yang dikirim langsung ke Kemenkes Kabupaten kota," tuturnya.
Dengan adanya bantuan rapid antigen, Nadia mengharapkan pemerintah daerah bisa memaksimalkan angkat testing guna mengendalikan laju penyebaran Covid-19. Sehingga seluruh penyebaran virus dan mobilitas bisa terlacak dan diambil langkah pencegahannya.
"Terutama juga untuk kabupaten kota diluar Jawa Bali yang saat ini terjadi peningkatan kasus. Tetapi untuk di Jawa Bali tetap diperkuat testingnya supaya nanti jangan sampai ada lokus-lokus yang menjadikan tempat penularan baru," ujarnya.
(mdk/gil)