Satukan kekuatan menangkan persaingan
Pos Indonesia saat ini tengah fokus dan concern terhadap langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan agar bisnis Pos Indonesia bisa bertahan di tengah persaingan yang begitu ketat.
Sadar akan persaingan yang begitu ketat, PT Pos Indonesia (Persero) merespon dengan cepat pergeseran dan persaingan tersebut dengan menciptakan berbagai inovasi strategis agar mampu menjadi winner pada zona yang memang realistis menjadi winner. Di usia yang ke 271 tahun, BUMN orange ini semakin solid dalam mengubah paradigma bisnisnya serta bertekad menyatukan langkah dan kekuatan dalam menghadapi tantangan bisnis termasuk berbagai disruptif yang dihadapi saat ini.
Perjalanan panjang PT Pos Indonesia (Persero) telah mengasah kemampuan perseroan dalam industri perposan di tanah air. Perjalanan panjang tersebut tentunya telah melalui berbagai halang rintang dan pasang surut di masa lalu, namun berhasil dilalui dengan sangat baik.
Hingga saat ini dengan peta persaingan yang semakin ketat serta pergeseran zaman yang begitu cepat. Pos Indonesia meresponnya untuk siap menjadi pemenang dan tumbuh menjadi perusahaan yang lebih modern mengikuti perubahan zaman. Selama mengarungi perjalanan, berbagai hal dan peristiwa penting serta perubahan pun telah terjadi pada tubuh Pos Indonesia. Tidak sedikit peranan Pos Indonesia dalam peta industri perposan di tanah air.
Seperti diketahui, sejak Kantor Pos pertama didirikan pada 26 Agustus 1746 silam di Batavia oleh Gubernur Jenderal GW Baron Van Imhoff, dimulailah tonggak sejarah perjalanan pelayanan pos di Nusantara. Sebagai gambaran, berbagai momentum perubahan yang mengukuhkan eksistensi Pos di Indonesia, pertama yaitu pada 1906 Pos dikenal dengan Posts Telegraaf end Telefoon Diensts atau jawatan PTT. Kedua, Pada 27 September 1945 pengambilan alih kantor pusat Pos di Bandung diambil alih angkatan muda PTT. Peristiwa heroik ini kemudian diperingati sebagai Hari Bhakti Postel. Ketiga, pada 1961 status Jawatan PTT diubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan Telekomunikasi. Keempat, pada 1965 PN Pos dan Telekomunikasi berubah menjadi PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi. Kelima, pada 1978 PN Pos dan Giro berubah kembali menjadi Perum Pos dan Giro. Keenam, pada 1985 Perum Pos dan Giro akhirnya berubah menjadi PT Pos Indonesia (Persero) hingga saat ini.
Kepada awak media, Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero), Gilarsi W. Setijono, mengatakan bahwa 271 tahun keberadaan Pos Indonesia sejatinya menjadi tonggak bagi Pos Indonesia. Untuk merelevankan kapasitas dan kompetensi seluruh kekuatan terhadap apa-apa yang menjadi relevan di depan bagi bisnis perseroan.
Pos Indonesia, imbuh Gilarsi, saat ini tengah fokus dan concern terhadap langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan agar bisnis Pos Indonesia bisa bertahan di tengah persaingan yang begitu ketat. Sehingga nantinya mampu bertahan di masa mendatang. Untuk itu, pria kelahiran 10 Februari 1962 tersebut menyebut terdapat 3 langkah sebagai key success agar bisnis Pos Indonesia kompetitif yaitu, agile (lincah), adabtable (mudah beradaptasi) dan speed (kecepatan).
"Ketiga langkah tersebut yang akan membawa Pos Indonesia jauh lebih kompetitif ke depan. Sehingga sebagai fungsi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu menciptakan kinerja keuangan yang jauh lebih baik," jelas Gilarsi pada saat perayaan HUT 271 tahun Pos Indonesia (25/8).
Menyelamatkan kapal
Begitu panjang rentetan sejarah perposan di tanah air. Era digitalisasi bisnis yang terjadi saat ini memberikan dampak yang kurang baik terhadap pelaku bisnis yang masih mengandalkan pola konvensional. Pergeseran tersebut mau tidak mau, suka atau tidak telah terjadi. Inovasi, imbuh Gilarsi, menjadi salah satu kunci sukses dan mutlak dilakukan bila tidak ingin tenggelam dimakan oleh zaman. Oleh karena itu, di usia yang ke 271 tahun, Pos Indonesia senantiasa berkomitmen penuh untuk keberhasilan perusahaan melalui tekad yang kuat dengan menyatukan kekuatan dalam menghadapi badai yang dihadapi saat ini.
"Kami solid dan siap menghadapi badai tersebut. Kami yakin badai pasti akan berlalu dan kami bertekad menjadi pemenang di zona kami," tegas Gilarsi.
Seperti diketahui bahwa banyak keberhasilan yang telah diraih Pos Indonesia saat ini, salah satunya yaitu peningkatan pelayanan. Menurut Gilarsi, di saat awal menahkodai Pos Indonesia, dirinya sangat yakin terhadap sebuah optimisme yang tinggi. Ia yakin bahwa perusahaan ini bisa bergerak dengan cepat karena mampu mengidentifikasi permasalahan dengan relatif cepat juga.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa Pos Indonesia melakukan beberapa koreksi atas kesalahan-kesalahan yang terjadi dengan sangat cepat. Misalnya dari sisi operasional, di mana dahulu opini yang berkembang di masyarakat bahwa pengiriman melalui jasa Pos Indonesia dikenal sangat lambat, dan bahkan lebih buruknya pengiriman tidak sampai dan barang pun hilang. Kini hal tersebut tidak lagi terjadi karena telah terkoreksi dengan sangat baik. Keberhasilan tersebut, terang Gilarsi, diukur melalui internal indikator Pos Indonesia pada saat proses pengiriman (kurir) di mana ketepatan waktu tercatat sudah semakin tinggi.
"Bahkan di akhir tahun 2016 lalu Pos Indonesia telah berhasil mencatatkan skor yang spektakuler yaitu mencapai 97% dari sebelumnya 83%. Hal tersebut merupakan kerja keras dari teman-teman pada divisi kurir di bawah Agus F. Handoyo sebagai Direktur Jasa Kurir," papar Gilarsi.
Namun demikian, lanjut Gilarsi, untuk saat ini yang paling tepat bagi manajemen adalah fokus terlebih dahulu terhadap dapurnya Pos Indonesia. Apakah dapurnya Pos Indonesia memang sudah menjadi sebuah proses yang sedemikian kredibelnya sehingga Pos Indonesia pantas menjadi pilihan.
"Jadi jangan sampai kita gembar-gembor tentang Pos Indonesia dan memaksa mereka beralih menggunakan jasa Pos, tetapi justru kita membuat mereka kecewa dengan pelayanan yang buruk. Inilah yang menjadi sulit untuk membuat mereka kembali lagi. Oleh karena itu untuk membawa kemajuan tersebut memang bukan pekerjaan mudah karena perjalanan ini yang penuh dengan pendakian," pungkas Gilarsi.
Lebih lanjut ia memaparkan bahwa dalam perjalanannya, Pos Indonesia diibaratkan sebuah kapal yang besar di mana pada masa lalu banyak orang yang bermain-main sehingga kapal tersebut mengalami banyak kebocoran. Untuk menutup kebocoran dan mencegah kebocoran agar tidak terjadi lagi, imbau Gilarsi, adalah tugas seluruh insan Pos Indonesia untuk speak up kepada mereka yang mencoba-coba membocorkan kapal tersebut.
"Ada 50.000 keluarga yang bergantung hidupnya kepada Pos Indonesia. Jadi jangan karena ulah-ulah pembocor mengakibatkan 50.000 keluarga tersebut tenggelam," tegas Gilarsi.
Lebih lanjut Gilarsi berharap timbulnya kesadaran bahwa Pos Indonesia merupakan kapal bersama yang harus diselamatkan bersama-sama. Menurutnya inovasi disruptif (menciptakan pasar baru) di luar begitu banyak. Jika seandainya Pos Indonesia tidak melakukan konsolidasi maka posisi untuk menang akan semakin sulit. Selain itu, posisi Pos Indonesia untuk relevan bagi Indonesia juga akan semakin sulit dan semakin sulit untuk berkontribusi terhadap pembangunan Indonesia. Oleh karena itu, Gilarsi mengajak seluruh insan Pos untuk fokus terhadap area-area yang diyakini bahwa Pos Indonesia adalah pemenangnya.
"Sehingga dengan kemenangan tersebut akan mampu mengatrol posisi keuangan perseroan," ujar Gilarsi.