Banyak Ibu Mengalami Pemberian ASI Tak Lancar Akibat Ketidaktahuan
Memperlancar ASI bisa dilakukan dengan sejumlah cara dan pengetahuan yang memadai.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) telah diatur secara jelas dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. PP ini menekankan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir hingga berusia enam bulan, dan dianjurkan untuk dilanjutkan hingga dua tahun bersama dengan makanan pendamping.
Namun, banyak ibu yang masih menghadapi tantangan dalam memberikan ASI, terutama karena berbagai kendala yang sering kali membuat mereka merasa harus beralih ke susu formula.
-
Apa yang dimaksud dengan teknik menyusui yang salah? Teknik menyusui yang salah, seperti bayi tidak dapat mengunci payudara dengan baik, dapat menghambat produksi ASI.
-
Kenapa ASI ibu menyusui terpengaruh? Kualitas ASI sangat dipengaruhi oleh apa yang ibu makan.
-
Kenapa bayi bisa mudah terganggu saat minum ASI? Mudah Terganggu Bayi Menangis Ketika Disusui Beberapa bayi bisa langsung tertidur setelah perut mereka kenyang. Bayi bisa cepat kenyang karena ukuran perut mereka yang kecil.
-
Kenapa produksi ASI ibu bisa terhambat? Sayangnya, sejumlah kendala pada saat pemberian ASI ini sangat rentan terjadi. Salah satu permasalahan yang banyak dijumpai dan ditakuti ini adalah produksi ASI yang tak lancar atau hanya sedikit.
-
Bagaimana cara ibu menyusui agar ASI cukup? Untuk memastikan bayi memperoleh ASI yang cukup, lakukan hal-hal berikut: Susui bayi secara teratur, minimal 8-12 kali dalam 24 jam untuk bayi yang baru lahir. Perhatikan posisi dan perlekatan saat menyusui agar benar. Biarkan bayi menghabiskan satu payudara sebelum berpindah ke payudara yang lain. Hindari penggunaan dot atau empeng yang dapat mengganggu pola menyusui bayi.
-
Apa saja kesulitan menyusui malam hari yang dialami ibu? Menurut Dr. Esha Gupta, Konsultan Ahli Pediatrik dan Intensivis Pediatrik di Rumah Sakit Motherhood, ibu yang menyusui pada malam hari menghadapi beberapa hambatan, seperti gangguan tidur, kelelahan yang memengaruhi produksi ASI dan kesehatan secara keseluruhan, serta kesulitan pemasangan pada kondisi gelap.
Menurut dr. Lovely Daisy, MKM, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, kekhawatiran ibu terhadap produksi ASI yang sedikit atau tidak keluar sebenarnya sering kali disebabkan oleh ketidaktahuan mengenai proses alami produksi ASI.
“Selama beberapa hari setelah melahirkan, ASI yang keluar berupa kolostrum dengan volume sekitar 5-7 ml. Kolostrum berwarna kekuningan atau bening, mengandung protein yang lebih tinggi dari ASI yang muncul kemudian dan mengandung zat anti infeksi,” jelas Daisy dilansir dari Kemenkes. Kolostrum ini memiliki peran vital dalam memberikan kekebalan awal bagi bayi.
Setelah kolostrum, ASI akan berubah menjadi ASI transisi dan kemudian ASI matang, yang volumenya akan meningkat seiring dengan waktu. Perubahan ini sering kali membuat ibu merasa payudara penuh, keras, dan berat, yang merupakan tanda bahwa produksi ASI berjalan dengan baik. Namun, teknik menyusui yang salah atau pemberian susu formula yang berlebihan dapat menghambat proses alami ini.
Pemberian susu formula, meskipun kadang dianggap sebagai solusi praktis, memiliki dampak yang signifikan terhadap produksi ASI. Dr. Daisy mengingatkan bahwa ketika bayi lebih sering diberikan susu formula dibandingkan ASI, bayi akan merasa kenyang lebih lama dan akhirnya menyusu lebih jarang.
“Hal ini berujung dapat menyebabkan produksi ASI berkurang,” katanya. Selain itu, intensitas menyusui yang berkurang juga berdampak negatif terhadap ikatan emosional antara ibu dan bayi, karena kontak fisik dan emosional yang terjadi saat menyusui langsung sangat penting untuk perkembangan bayi.
Tidak hanya itu, susu formula tidak memiliki zat kekebalan yang secara alami terdapat dalam ASI. Akibatnya, bayi yang lebih sering mengonsumsi susu formula memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Risiko ini termasuk penurunan daya tahan tubuh, serta peningkatan risiko terkena penyakit tidak menular saat dewasa.
Dr. Daisy menekankan bahwa cara paling efektif untuk memperlancar produksi ASI adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin dan sesuai keinginan bayi. Proses menyusui ini akan merangsang isapan bayi yang pada gilirannya akan meningkatkan produksi ASI. Teknik menyusui yang benar sangat penting dalam hal ini.
“Pemberian selain ASI akan menghambat produksi ASI. Susu pengganti ASI atau susu formula diberikan ketika ada indikasi medis setelah melalui penilaian oleh dokter yang kompeten,” jelasnya.
Menyusui secara benar bukan hanya soal memberi nutrisi, tetapi juga soal membangun ikatan emosional yang kuat dengan bayi. Seorang ibu perlu memahami pentingnya menyusui sebagai bagian dari tanggung jawabnya dalam mendukung tumbuh kembang anak yang optimal. Konsultasi dengan konselor menyusui atau mengakses layanan telekonseling menyusui dapat membantu ibu yang mengalami kesulitan atau ragu dalam proses menyusui.
Dalam jangka panjang, pemberian ASI eksklusif memberikan manfaat yang tidak bisa ditandingi oleh susu formula. ASI mengandung zat gizi terbaik yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembang optimal, meningkatkan daya tahan tubuh, serta mencegah penyakit dan kematian pada bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif adalah investasi jangka panjang yang tak ternilai bagi kesehatan dan kesejahteraan anak.