6 Mitos Tentang Menyusui yang Sering Dipercaya, Ketahui Fakta Penjelasannya
Banyak mitos tentang menyusui yang perlu diluruskan.
Banyak mitos tentang menyusui yang perlu diluruskan.
6 Mitos Tentang Menyusui yang Sering Dipercaya, Ketahui Fakta Penjelasannya
Bagi para ibu menyusui, tentu sering kali mendengar banyak anggapan yang berkembang di masyarakat. Anggapan-anggapan tentang menyusui yang beredar di masyarakat, sering kali hanya sebuah mitos yang tidak memiliki bukti jelas.
Sayangnya, mitos tentang menyusui ini masih terus berkembang dan dipercaya masyarakat. Dengan begitu, penting untuk mengetahui apa saja mitos tentang menyusui dan penjelasan faktanya. Berikut kami merangkum informasinya yang bisa Anda simak.
-
Apa yang dimaksud dengan teknik menyusui yang salah? Teknik menyusui yang salah, seperti bayi tidak dapat mengunci payudara dengan baik, dapat menghambat produksi ASI.
-
Kenapa mitos tersedak tetap dipercaya? Namun, kepercayaan terhadap mitos tersedak tiba-tiba tetap hidup di tengah masyarakat karena sifatnya yang menarik dan sering dianggap sebagai bagian dari kebijaksanaan tradisional.
-
Apa manfaat menyusui bagi ibu dan bayi? Menyusui merupakan bentuk pemberian nutrisi yang paling optimal bagi bayi, dan memiliki manfaat yang tak terhitung jumlahnya bagi kesehatan ibu.
-
Siapa yang percaya mitos tersedak? Di Indonesia sendiri, ada anggapan bahwa ketika seseorang tersedak tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, hal itu menandakan bahwa mereka sedang dibicarakan oleh orang lain.
-
Gimana mitos ini mempengaruhi kehamilan? Kepercayaan ini menyarankan bahwa mencukur bulu kemaluan selama masa kehamilan bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan ibu dan bayi.
-
Apa mitos tentang memeras baju bayi? Terdapat kepercayaan bahwa memeras baju bayi secara ketat dapat merusak tubuh mereka.Namun, kenyataannya adalah memeras baju bayi tidak akan menyebabkan pegal pada badan bayi.
Payudara kecil menghasilkan ASI lebih sedikit
Mitos tentang menyusui yang pertama yaitu berkaitan dengan produksi ASI.
Anggapan bahwa payudara kecil menghasilkan ASI lebih sedikit adalah sebuah mitos. Hal ini dikarenakan ukuran payudara kecil tidak memengaruhi jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu menyusui.
Produksi ASI tergantung pada kelenjar susu yang ada di dalam payudara dan tidak ditentukan oleh ukuran payudara. Kelenjar susu merupakan tempat produksi ASI. Ketika seorang wanita hamil, hormon mulai merangsang perkembangan kelenjar susu untuk memproduksi dan menyimpan ASI.
Pada saat melahirkan, kelenjar susu akan mulai memproduksi ASI lebih aktif karena adanya rangsangan hormone oksitosin dan prolaktin. Jadi, seberapa besar ukuran payudara bukanlah faktor utama yang mempengaruhi produksi ASI.
Sebenarnya, tidak hanya ibu yang memiliki payudara kecil yang bisa memproduksi ASI dengan cukup untuk bayinya. Seluruh wanita, terlepas dari ukuran payudara, memiliki potensi untuk menghasilkan ASI dalam jumlah yang cukup. Penting untuk menegaskan bahwa ukuran payudara tidak menjadi penentu seberapa banyak ASI yang dapat dihasilkan.
Bayi sering menyusu artinya tidak dapat ASI cukup
Mitos tentang menyusui berikutnya yaitu berkaitan dengan kebiasaan menyusu bayi.
Anggapan bahwa bayi yang sering menyusu artinya tidak mendapatkan ASI yang cukup hanyalah sebuah mitos belaka.
Bayi yang baru lahir memang membutuhkan asupan ASI yang lebih sering karena lambung mereka masih sangat kecil dan tidak mampu menampung banyak makanan dalam sekali waktu. Oleh karena itu, bayi sering kali membutuhkan makanan dalam jumlah kecil namun dengan frekuensi yang lebih sering.
Namun, seiring dengan pertambahan usia bayi, frekuensi menyusui akan mulai berkurang secara alami. Hal ini adalah sesuatu yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Bayi akan mulai memiliki pola makan yang lebih teratur, sehingga menyusui pun tidak perlu dilakukan dalam frekuensi yang terlalu sering. Bayi akan mengatur sendiri pola makan mereka sesuai dengan kebutuhan dan pertumbuhan mereka.
Nutrisi ASI lebih sedikit setelah satu tahun pertama
Mitos tentang menyusui lainnya berkaitan dengan nutrisi ASI.
Terdapat anggapan bahwa ASI mengandung nutrisi yang lebih sedikit setelah satu tahun pertama.
Namun, anggapan ini sebenarnya tidak benar. ASI tetap mengandung nutrisi yang cukup bagi bayi hingga usia dua tahun.
ASI merupakan makanan utama yang mengandung zat gizi lengkap dan bergizi tinggi. Dalam ASI terdapat protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kandungan nutrisi dalam ASI juga menyesuaikan dengan kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Meskipun demikian, ketika bayi berusia lebih dari enam bulan, ASI saja mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih tinggi. Pada periode ini, penting untuk memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi dengan baik.
MPASI sebaiknya diberikan dengan variasi makanan seperti buah-buahan, sayuran, sereal, dan protein hewani atau nabati. Perlu diperhatikan untuk memberikan makanan yang sesuai dengan usia dan kemampuan makan bayi. MPASI bukan untuk menggantikan ASI, tetapi sebagai pelengkap untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Ibu dengan puting datar tidak dapat menyusui
Mitos tentang menyusui yang masih dipercaya lainnya yaitu berkaitan dengan bentuk puting.
Anggapan bahwa ibu dengan puting datar atau tenggelam tidak dapat menyusui adalah sebuah mitos yang perlu diluruskan. Meskipun memang lebih sulit bagi ibu dengan kondisi seperti ini untuk menyusui, namun bukan berarti mereka tidak dapat melakukannya dengan baik.Penting bagi ibu dengan puting datar atau tenggelam untuk mengikuti saran dari ahli laktasi yang berpengalaman. Ahli laktasi akan memberikan teknik-teknik khusus agar ibu tersebut bisa menyusui dengan lancar. Misalnya, ibu dengan puting datar bisa mencoba menggunakan teknik sandwicchi, yaitu meremas dan mengencangkan areola agar bayi dapat mengambil puting dengan lebih baik.
Ibu juga dapat menggunakan bantuan alat bantu atau perangkat tertentu seperti nipple shield untuk membantu mempermudah bayi dalam menghisap puting datar atau tenggelam. Namun, penggunaannya harus dengan pengawasan dan konsultasi dari ahli laktasi.
Hal penting lainnya adalah kesabaran dan ketekunan ibu dalam proses menyusui. Biasanya, dengan latihan dan penggunaan teknik-teknik tersebut secara rutin, ibu dengan puting datar atau tenggelam dapat berhasil menyusui dengan sukses.
Ibu tidak boleh menyusui jika sakit
Mitos tentang menyusui berikutnya yaitu berkaitan dengan larangan menyusui.
Anggapan bahwa Ibu tidak boleh menyusui jika sedang sakit merupakan sebuah mitos yang perlu dibenarkan.
Kebanyakan ibu dapat terus menyusui dengan baik meski sedang mengalami sakit. Faktanya, ketika ibu sakit, tubuhnya akan memproduksi lebih banyak antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Melalui asi, antibodi ini akan ditransfer ke bayi, sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.
Selain itu, menyusui saat sedang sakit juga tidak akan menularkan penyakit pada bayi. Infeksi umum seperti flu, pilek, atau batuk tidak ditularkan melalui air susu ibu. Sebaliknya, bayi akan mendapatkan manfaat dari antibodi yang diproduksi oleh tubuh ibu untuk melawan penyakit tersebut.
Namun, terdapat keadaan di mana seorang ibu tidak boleh menyusui, yaitu jika dia menderita HIV atau hepatitis. Hal ini dikarenakan virus-virus tersebut dapat ditularkan melalui laktasi. Dalam hal ini, disarankan untuk menggunakan pengganti ASI yang aman untuk memberi makan bayi.
Ibu menyusui tidak boleh minum kopi
Mitos tentang menyusui yang tak kalah menarik lainnya berkaitan dengan larangan minum kopi.
Mitos yang mengatakan bahwa ibu menyusui tidak boleh minum kopi karena bayi akan ikut minum kafein tidaklah benar.
Fakta menunjukkan bahwa kafein yang masuk ke dalam ASI ketika ibu mengonsumsi kopi sangatlah sedikit.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hanya sekitar 1% kafein yang dikonsumsi oleh ibu yang akan masuk ke dalam ASI. Artinya, meskipun ibu menyusui minum kopi, hanya sejumlah kecil kafein yang akan sampai ke bayi melalui ASI. Kafein ini juga kemungkinan akan terurai dengan cepat di tubuh bayi.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa setiap bayi memiliki toleransi yang berbeda terhadap kafein. Beberapa bayi mungkin dapat merasakan lebih reaktif terhadap kafein dan mengalami masalah tidur atau gelisah setelah ibu minum kopi. Jika ibu melihat adanya dampak negatif pada bayi setelah ibu minum kopi, sebaiknya mengurangi atau menghindari konsumsi kafein.