Sebaran Kasus Aktif Covid-19 di 10 Provinsi Prioritas Selama Sepekan Terakhir
Anggota Tim Pakar Satgas Covid-19, Dewi Nur Aisyah memaparkan perkembangan kasus Covid-19 di 10 provinsi prioritas pada satu minggu terakhir. Perkembangan kasus Covid-19 ini merupakan perbandingan jumlah kasus pada 21-27 September dengan 28 September-04 Oktober 2020.
Anggota Tim Pakar Satgas Covid-19, Dewi Nur Aisyah memaparkan perkembangan kasus Covid-19 di 10 provinsi prioritas pada satu minggu terakhir. Perkembangan kasus Covid-19 ini merupakan perbandingan jumlah kasus pada 21-27 September dengan 28 September-04 Oktober 2020.
Dari 10 provinsi prioritas, masih ada 3 provinsi yang jumlah kasus aktifnya hampir 40 persen. Ketiga provinsi tersebut secara berurutan, yaitu Papua 39,4 persen, Aceh 39,3 persen, dan Jawa Barat 38,8 persen.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
Dewi mengatakan, bahwa jumlah kasus aktif merupakan komponen terpenting yang harus diperhatikan. Sebab, bila jumlah kasus aktif tidak segera berubah status menjadi kasus sembuh, dikhawatirkan berpeluang menambah angka kematian. Oleh karena itu, ia berharap kasus aktif di 10 provinsi prioritas bisa menurun dan berubah menjadi kasus sembuh.
"Jumlah kasus aktif ini yang paling penting sebetulnya, orang yang sedang sakit. Nah harus kita dorong agar menjadi hijau (sembuh)," kata Dewi saat konferensi pers di Gedung Graha BNPB, Jakarta (7/10)
Sementara itu, persentase kasus aktif di Jawa Timur hanya tersisa 7,16 persen. Jumlah ini merupakan yang terkecil dari 10 provinsi prioritas. Yang terkecil selanjutnya yaitu Kalimantan Selatan 10,4 persen dan Bali 13,3 persen.
Meskipun persentase kasus aktif di Jawa Timur yang terkecil, namun persentase kematiannya masih yang tertinggi, yakni mencapai 7,31 persen.
"Kasus aktif di Jawa Timur memang paling sedikit, tapi kasus kematiannya masih yang tertinggi. Itu secara keseluruhan selama 6 bulan ya," tuturnya.
"Kalau pekan ini, angka kematian Jatim naik 5,9 persen. Yang paling tinggi malah Papua, naik 187 persen pekan ini," tambahnya.
Bila melihat tren kematian Provinsi Papua pada satu bulan terakhir, kurvanya memang cenderung naik. Pada 6 Oktober kemarin, jumlah kasus positif di Papua mencapai 7.073 kasus dan 103 orang telah meninggal dunia. Padahal pada 26 September, jumlah pasien yang meninggal 84 orang.
Selain provinsi Papua, Dewi juga menyorot Provinsi Aceh yang angka kematiannya naik cukup drastis pada pekan ini, yakni hingga 85 persen.
Oleh karena itu, dari data-data yang sudah Dewi jabarkan, ia berharap pemerintah bisa segera mengambil tindakan untuk menangani provinsi yang kasus aktif dan kematiannya masih tinggi, seperti Papua dan Aceh.
"Kita ingin mengingatkan lagi, kasus aktif bisa berubah jadi kematian secara tiba-tiba. Karena kalau banyak yang sakit lalu tiba-tiba meninggal, maka angka kematiannya akan naik. Jadi tergantung kondisi pengendaliannya seperti apa," ujar Dewi
Dia mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan bencana, apalagi selama enam bulan kedepan, Indonesia akan memasuki musim penghujan yang intensitasnya diperkirakan tinggi. Sehingga, dikhawatirkan akan menimbulkan bencana.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat dan pemerintah bisa bekerja sama dalam menekan jumlah kasus aktif agar angka kematian di Indonesia tidak semakin tinggi.
"Belum lagi dengan kondisi Indonesia yang rawan bencana, jangan sampai ada double burden (beban ganda). Pandemi ini belum selesai, tapi ditambah lagi dengan bencana alam," pungkasnya.
(mdk/gil)