Selain Anyer, dulu lesehan Malioboro Yogya juga terkenal mahal
Harga lesehan Malioboro era 2000-an sempat mahal, padahal kawasan lain di Yogya terkenal dengan harga murah kulinernya.
Media sosial heboh soal adanya informasi tentang restoran yang sangat mahal harga menu makanannya, yakni di Anyer. Ada seorang pengguna Facebook mengunggah sebuah bon atau kwitansi pembayaran makanan yang jumlahnya rupanya tak lazim untuk kelas restoran dengan menu yang biasa.
Dua ikan bakar dihargai Rp 400 ribu, 1 cumi saos tiram Rp 180 ribu, 3 cah kangkung Rp 200 ribu, 1 baso sapi Rp 20 ribu, 2 nasi putih Rp 90 ribu, 2 lalap+sambal Rp 30 ribu, dan 1 es teh manis Rp 80 ribu. Jumlah total yang harus dibayar oleh pemesan adalah Rp 1 juta.
Fenomena itu sebenarnya tak begitu mengagetkan khususnya bagi warga atau siapapun yang sudah pernah liburan ke Yogyakarta pada zaman dulu. Di kawasan wisata Malioboro era 2000-an, dulu lesehan-lesehannya juga terkenal mahal harganya.
Lesehan-lesehan itu berjajar rapi di sepanjang pinggir Jalan Malioboro, tepatnya di bagian timur jalan. Biasanya lesehan itu mulai buka menjelang maghrib hingga pukul 03.00 WIB. Menunya pun bervariasi, dari Gudeg, Burung Dara, Ayam Goreng, Lele, Tempe-Tahu, hingga ada pula beragam menu seafood.
"Pokoknya dulu saya pernah makan pakai kerang, burung dara, abisnya bisa sampai Rp 200.000, padahal itu sekitar lima tahunan lalu (2008-2009), kapok," kata Aan, salah seorang pria yang pernah menghabiskan waktu kuliahnya di Yogyakarta, Jumat (5/9).
Lain halnya dengan Aan, warga asli Yogya bernama Prass juga mengakui jika lesehan di Malioboro pernah keterlaluan harganya. "Agak lupa, tapi mungkin sekitar tahun 2000-2005. Gudeg telor bisa sampai Rp 12-15 ribu, es teh malah Rp 5.000. Padahal harga standar waktu itu gudeg cuma Rp 6.000, es teh Rp 1.000," ujar Prass.
Harga-harga makanan yang selangit itu diduga karena banyaknya turis lokal maupun mancanegara berwisata di kawasan Malioboro. Namun tetap saja banyak orang yang pernah merasa dongkol karena harga di lesehan Malioboro sangat tinggi. Padahal kawasan-kawasan lain di Yogyakarta terkenal dengan harga murah kulinernya.
Kini beberapa lesehan di sepanjang Malioboro masih tetap selalu ramai pengunjung. Beberapa dari pedagang sudah mulai menyeragamkan harganya agar tak terlalu mahal seperti dulu. Yogyakarta tetap selalu dikangeni karena makanan-makanannya masih relatif murah dibanding kota besar lainnya.