Akses Gerbang Teras Malioboro 2 Ditutup Berujung PKL dan Petugas Ricuh, Ini Kronologinya
Insiden kericuhan sempat terjadi di Teras Malioboro 2 yang berada di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Sabtu (13/7) malam.
Insiden kericuhan sempat terjadi di Teras Malioboro 2 yang berada di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Sabtu (13/7) malam.
Akses Gerbang Teras Malioboro 2 Ditutup Berujung PKL dan Petugas Ricuh, Ini Kronologinya
Insiden kericuhan sempat terjadi di Teras Malioboro 2 yang berada di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Sabtu (13/7) malam. Insiden ricuh ini diawali dengan tindakan petugas keamanan Teras Malioboro 2 yang menutup akses pintu gerbang dari pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di Teras Malioboro 2.
Penutupan gerbang ini dilakukan petugas keamanan sekitar pukul 18.15 WIB. Awalnya yang ditutup gerbang sisi selatan setelahnya berlanjut kepenutupan gerbang sisi utara. Penutupan gerbang ini kemudian membuat petugas keamanan dan pedagang terlibat aksi dorong.
Penutupan gerbang ini diduga dilakukan sebagai upaya petugas keamanan menghalangi para PKL yang biasanya berjualan di Teras Malioboro menggelar dagangannya di trotoar Jalan Malioboro.
Aksi kembali berjualan di trotoar Jalan Malioboro ini merupakan bentuk protes dari para PKL yang sudah dua tahun direlokasi ke Teras Malioboro 2 atas rencana relokasi lagi.
Rencananya ribuan PKL yang berjualan di Teras Malioboro 2 ini akan direlokasi ke Jalan Beskalan. Sementara lokasi Teras Malioboro 2 akan diubah menjadi Jogja Planning Galery.
Ketua Paguyuban Koperasi Tri Dharma yang menjadi wadah para PKL ini, Arif Usman mengatakan kericuhan terjadi karena petugas keamanan melakukan blokade dan menutup gerbang. Hal ini membuat para PKL tidak mendapatkan akses untuk keluar.
Kondisi ini pun kemudian membuat sempat terjadi aksi dorong antara PKL dengan petugas keamanan. Aksi dorong-dorongan ini membuat suasana sempat memanas.
Arif menerangkan aksi PKL kembali berjualan di trotoar Jalan Malioboro ini sebagai bentuk kekecewaan atas lambannya respon pemerintah terhadap kondisi di Teras Malioboro 2.
Aksi berjualan di trotoar Malioboro, lanjut Arif, dilakukan pada Jumat (12/7) malam. Aksi ini dilakukan karena PKL kecewa pasca audiensi dengan Pemda DIY di DPRD DIY Jumat (6/7) lalu tidak ada tindaklanjutnya.
"Kami menunggu komunikasi dua arah dari pemerintah dengan PKL yang terdampak relokasi. Selama ini tidak ada keterlibatan PKL dalam proses relokasi itu," ucap Arif.
"Teman-teman PKL ini sebenarnya menerima jika direlokasi asalkan kita dilibatkan dalam prosesnya. Kita itu bukan barang yang cuman dipindahkan. Kita harus tahu seperti apa relokasi itu. Melihat dari (relokasi) jilid 1, kita direlokasi tapi kesejahteraan kita diabaikan," sambung Arif.
Sementara itu Staf Advokasi dari LBH Yogyakarta Rhaka Ramadan menyebut hingga saat ini tuntutan PKL di Teras Malioboro 2 masih sama. PKL, kata Rhaka meminta mereka dilibatkan dalam proses relokasi, jangan sampai mereka hanya menjadi obyek saja.
"Informasinya, akan ada relokasi di Beskalan dan Ketandan ditahun 2025. Tentunya kita masih membayangkan modelnya seperti apa? Ukuran lapaknya seperti apa? Dan prosedur pemindahannya seperti apa?"ungkap Rhaka.
Rhaka membeberkan sambil menunggu proses relokasi, PKL berkeinginan untuk berjualan di trotoar Jalan Malioboro. Hal ini untuk menghidupkan roda perekonomian PKL lagi.
Rhaka meminta kepada pemerintah maupun petugas keamanan agar tidak melakukan tindakan represif termasuk menutup akses pintu gerbang Teras Malioboro 2.
"Teman-teman PKL berusaha untuk keluar tapi gerbang ditutup. Ketika ingin membuka ada represif dari aparat keamanan di bawah naungan UPTD Malioboro. Singkatnya terjadi gesekan. Ini kita sayangkan," tutup Rhaka.