Selain makan menu sisa, atlet disabilitas Sumsel tak diberi saku
Bahkan peralatan berolahraga mereka siapkan sendiri dan dibeli dengan uang tabungan pribadi.
Fasilitas yang diberikan pengurus pada atlet PON dan atlet disabilitas di Sumsel bak bumi dan langit. Atlet disabilitas diperlakukan bak anak tiri.
Selain makan makanan sisa atlet PON, mereka juga tak diberikan uang saku sepeser pun selama mengikuti pemusatan latihan daerah (Pelatda). Beda dengan atlet PON yang dibekali uang Rp 4,5 juta perbulan.
Cerita itu diungkap Heru Ramdani (29), salah satu atlet disabilitas cabang tolak peluru. Dia mengisahkan, kondisi atlet disabilitas yang bernaung dalam National Paralympic Committee (NPC) Sumsel, sangat memprihatinkan. Padahal, prestasi atlet disabilitas asal daerah itu cukup diperhitungkan di kancah nasional.
"Jatah makan kurang, uang saku tidak ada sama sekali, sepeser pun tidak ada sejak ikut pelatda Juli kemarin," ungkap Heru saat disambangi merdeka.com di Wisma Atlet Jakabaring Sport City Palembang, Sabtu (27/8).
Lantaran tak memiliki uang, sejak dua bulan terakhir Heru memilih tidak pulang menemui istrinya yang tinggal di Pagaralam. Dia juga belum bisa mengirim uang untuk kebutuhan keluarga di rumah.
"Alhamdulillah istri menerima, dia juga kerja. Tapi, kasihan juga ditinggal tidak dikasih uang," ujarnya.
Tak sampai di situ, para atlet disabilitas juga harus menyiapkan sendiri peralatan olahraga, seperti sepatu, kostum, dan perlengkapan latihan. Perlengkapan itu mereka beli dari uang kantong sendiri.
"Terpaksa ambil dari tabungan, beli sendiri. Karena tidak difasilitasi," ujarnya.
Para atlet disabilitas juga mengeluhkan tidak tersedianya tim medis di Wisma Atlet. Tim dokter yang ada hanya melayani peserta Pelatda PON.
"Kami numpang berobat, sejauh ini masih dibolehin," kata dia.
Padahal, Heru adalah atlet yang meraih medali emas Pekan Olahraga Tuna Netra di Riau tahun 2009, medali emas di Kejurnas Solo 2015 dan medali perak pada Papernas Riau tahun 2012.
Baca juga:
Atlet disabilitas Sumsel makan berlauk tempe & ikan sepat
Cerita haru bayi berkepala dua di Gresik akhirnya meninggal dunia
Putri Ismail Marzuki: Yang penting ada yang menghargai karya bapak
Video: Kisah haru anak Ismail Marzuki kini dagang Es
Anak Ismail Marzuki berjualan Es demi menyambung hidup
Cerita sedih anak semata wayang Ismail Marzuki
Wanita sakit parah gelar pesta perpisahan sebelum bunuh diri
-
Bagaimana cara Menpora Dito Ariotedjo mendukung para atlet disabilitas? “Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,” kata Angela.
-
Apa saja yang didapatkan para atlet disabilitas dari dukungan Kemenpora? Pemerintah, kata dia berkomitmen penuh terhadap perkembangan dan prestasi dari para atlet disablitas. “Presiden (Joko Widodo) akan memasuki masa purna. Ini lah yang bisa kami lakukan dan kami peroleh, dukungan bapak Presiden kepada NPC Indonesia tak pernah berhenti,” tuturnya. "Prestasi ini diraih tidak gampang. Presiden memberikan kesetaraan terhadap seluruh atlet berprestasi. Kami selalu bersemangat untuk mengharumkan nama Indonesia dipanggung internasional".
-
Siapa yang memberikan pujian kepada Kepolisian Republik Indonesia (Polri) atas keputusan mereka merekrut kelompok disabilitas? Keputusan tersebut mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni.
-
Di mana atlet bulu tangkis Indonesia disambut meriah oleh para penggemar? Tak hanya disambut oleh petinggi bulu tangkis tanah air, para juara All England 2024 ini juga disambut meriah oleh para penggemar. Mereka menyanyikan lagu nasional mengiringi kedatangan para atlet di bandara.
-
Siapa yang hadir dalam acara diskusi reflektif penanganan disabilitas? Dihadiri Kepala Sentra Terpadu dan Sentra, Kepala Balai, Komisi Nasional Disabilitas dan para akademisi perwakilan dari Universitas Negeri Surabaya, acara ini dibuka secara resmi oleh Menteri Sosial, Tri Rismaharini.
-
Apa yang dilakukan Kapolresta Pekanbaru saat berkunjung ke rumah penyandang disabilitas? Kapolresta Pekanbaru AKBP Jeki Rahmat Mustika membawa ahli bahasa saat berkunjung ke rumah penyandanh disabilitas tuna rungu dan tuna wicara Zulkarnain Nasution.
Keadaan berbanding terbalik terbalik dengan yang dirasakan Alexandro (18), atlet PON cabang selam. Sebagai atlet PON dia merasa sangat sejahtera. Selama pelatda hingga PON di Jawa Barat Oktober 2016 mendatang, setiap atlet mendapatkan uang saku setiap bulannya. Besaran yang diterima sesuai dengan prestasi masing-masing atlet.
"Kami dapat uang saku, ada Rp 3,5 juta ada Rp 4,5 juta setiap bulan, tergantung prestasi," kata Alexandro.
Selain itu, atlet PON juga diberikan uang tambahan untuk membeli suplemen. Sedangkan perlengkapan latihan, disiapkan pengurus.
"Baju seragam, sepatu ada juga. Untuk perlengkapan lain memang disiapkan, kita tinggal latihan saja," tukasnya.