Semburan sumur di Pati tak seperti Lumpur lapindo di Sidoarjo
Air yang menyembur di Pati itu bisa dimanfaatkan sebagai air baku, tapi dimungkinkan terdapat sedikit unsur minyak.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono mengungkapkan bahwa semburan air dari sumur bor milik warga Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah berbeda dan tidak seperti semburan Lumpur Lapindo yang terjadi di Desa Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
"Kondisi tanah permukaan di Pati itu bukan 'mud volcano' (lumpur) sehingga tidak akan terjadi seperti di Sidoarjo, kalau tekanan kemungkinan bisa sama tapi struktur tanahnya, di Pati lebih keras, sedangkan di Sidoarjo lembek," katanya saat ditemui wartawan usai melakukan rapat kerja di DPRD Propinsi Jateng di Jalan Pahlawan Kota Semarang, Jawa Tengah Senin (3/11)
Teguh menjelaskan bahwa lokasi semburan di Pati merupakan bagian dari formasi Ngrayong atau formasi di mana sering terjadi akumulasi hidrokarbon dan wilayah di sekitar Grobogan, Pati, serta Bojonegoro itu terdapat lapisan pembawa hidrokarbon.
"Korelasinya dengan pengeboran di Pati, berdasarkan hasil analisis kami, mata bor di kedalaman 140 meter menembus lapisan di mana terjadi akumulasi gas hidrokarbon yang ditambah ada rembesan gas serupa dari 'reservoir' Ngrayong yang terakumulasi pada titik tersebut," paparnya.
Akibat adanya tekanan gas dan akuifer pembawa air tanah, kata dia, maka air keluar dengan tekanan yang relatif besar.
Teguh lebih lanjut memaparkan, komposisi gas di lokasi semburan air di Pati termasuk kategori aman karena kandungan oksigen sebesar 20,9 ppm dan tidak ada unsur gas lain.
"Kami memprediksi kemungkinan semburan air bisa turun secara normal sekitar satu minggu tapi ternyata gasnya sudah banyak yang keluar dan pada Minggu (2/11) pukul 19.00 WIB sudah normal serta muka air tanah satu meter yang berarti di sana ada potensi air yang relatif besar serta dapat dimanfaatkan masyarakat," katanya.
Teguh mengungkapkan bahwa secara kasat mata, air yang menyembur di Pati itu bisa dimanfaatkan sebagai air baku, tapi dimungkinkan terdapat sedikit unsur kandungan minyak dan kuantitasnya tidak besar karena 'reservoir' formasi Ngrayong di ke dalaman 300-400 meter.
"Kami katakan air semburan aman karena temperatur air hanya sekitar 36 derajat Celcius, tidak ada unsur timbal atau logam berat sehingga bisa dimanfaatkan untuk air baku guna kebutuhan masyarakat sehari-hari," ujarnya.
Kendati demikian, Teguh tetap meminta masyarakat menunggu hasil analisa laboratorium yang dilakukan Dinas ESDM Jateng guna mengetahui kandungan air yang menyembur di sumur warga tersebut.