Sepi pengunjung, para PSK di Kotim pulang kampung
Warga berharap aktivitas PSK terus diawasi. Selain dampak sosial, yang ditakutkan adalah merebaknya penyakit HIV/AIDS.
Para pekerja seks komersial (PSK) yang biasanya beroperasi di sejumlah lokalisasi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah secara ramai-ramai meninggalkan lokalisasi karena sepi pengunjung.
"Mereka mengeluhkan karena pengunjung semakin sepi. Bahkan banyak yang memilih pulang kampung. Ini artinya Kotawaringin Timur (Kotim) bukan daerah potensial bagi PSK," kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotim Bima Ekawardhana di Sampit, Selasa (1/3).
Ada tiga lokalisasi PSK di Kotim, yaitu di km 12 Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, lokalisasi di Kecamatan Parenggean dan lokalisasi Tangar Kecamatan Mentaya Hulu.
Lokalisasi terbesar di Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Pasir Putih, yang lokasinya terbilang dekat dengan Sampit, Ibu Kota Kabupaten Kotim, yakni hanya 12 kilometer.
Tahun lalu, jumlah PSK di lokalisasi km 12 Pasir Putih sebanyak 224 orang. Namun hasil pendataan pekan lalu, jumlahnya berkurang menjadi 196 orang. Banyak PSK yang memilih pulang kampung karena pengunjung lokalisasi makin sepi.
Selain itu, ada pula PSK yang memilih meninggalkan pekerjaan itu dengan membuka usaha bermodal keterampilan yang sering diberikan Dinsosnakertrans melalui berbagai pelatihan seperti memasak, menjahit, tata rias dan lainnya.
"Untuk jumlah PSK di Parenggean dan Tangar, ini akan kami data," tegas Bima seperti dikutip Antara.
Semakin sepinya pengunjung diperkirakan imbas meningkatnya kesadaran laki-laki terhadap dampak negatif seks bebas yang di antaranya bisa terjangkit penyakit mematikan HIV/AIDS. Razia yang sering dilakukan petugas dinilai juga berpengaruh terhadap pengunjung.
Aisyah, salah seorang warga berharap pemerintah daerah terus melakukan pengawasan agar masalah sosial ini tidak meningkat dan merusak keharmonisan rumah tangga di masyarakat.
"Harus terus dirazia. Jangan-jangan di lokalisasi berkurang, ternyata malah beroperasi di hotel-hotel atau tempat hiburan malam. Ini justru lebih berbahaya. Penutupan lokalisasi Kalijodo juga harus dipantau imbasnya karena bisa saja ada PSK dari sana yang pindah ke Sampit," kata Aisyah.
Masyarakat berharap aktivitas PSK terus diawasi. Selain dampak sosial, yang ditakutkan adalah merebaknya penyakit HIV/AIDS yang bisa menular kepada anak dan istri dan dari laki-laki yang sering ke lokalisasi.