Solusi Dedi Mulyadi atasi kompleksitas masalah di Jawa Barat
Hal ini disampaikan oleh mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut dalam Acara Mudzakarah Politik. Kegiatan ini digelar oleh ICMI Jawa Barat, Selasa (10/4) di Kota Bandung dan menghadirkan seluruh pasangan calon di Pilgub Jabar.
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut empat Dedi Mulyadi memiliki solusi mengatasi kompleksitas masalah yang berkembang di Jawa Barat. Menurut Dedi, kompleksitas tidak akan pernah selesai oleh sosok pemimpin yang hanya berdiam di belakang meja.
Hal ini disampaikan oleh mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut dalam Acara Mudzakarah Politik. Kegiatan ini digelar oleh ICMI Jawa Barat, Selasa (10/4) di Kota Bandung dan menghadirkan seluruh pasangan calon di Pilgub Jabar.
-
Mengapa Dedi Mulyadi akan meminta restu Prabowo untuk maju di Pilgub Jabar? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi akan mencari pasangan untuk Pilgub Jabar? "Pak Airlangga berpesan ke saya, jangan terlalu jauh kalau main dari luar rumah, jangan melewati Jawa Barat, harus berada di wilayah Jawa Barat. Kemudian nanti cari pasangan di Golkar yang sesuai dengan kriteria sebagai calon istri (wakil) yang baik," kata dia.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dirawat dengan Rasa Melalui pengelolaan di Peternakan Lembur Pakuan, Dedi memberikan contoh bagaimana mengelola peternakan yang baik, pertanian organik sampai pada membangun sektor perikanan yang baik di pedesaan.
-
Kenapa Dedi Mulyadi menggemukkan Sapi Bargola? Dedi mengaku akan mengkurbankan sapi Bargola di hari raya Iduladha pekan depan.
-
Siapa yang kuliah di Bandung? Baik Kika maupun Jema tengah menjalani studi di Bandung, Jawa Barat.
-
Di mana asal muasal pelat nomor D di Bandung? Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pelat nomor D berasal dari tim pasukan Inggris berkode huruf D yang pernah menguasai daerah ibu kota Priangan.
"Kita ini sering bicara tentang spirit perubahan, ide dan gagasan semua kita sampaikan, tapi di dalam hotel dan gedung pertemuan. Forum diskusinya dibuat banyak sekali, kapan mau selesainya?," kata Dedi.
Atas fenomena ini, menurut pasangan Deddy Mizwar itu, dibutuhkan distribusi kewenangan untuk menyelesaikan masalah secara cepat. Sehingga, setiap strata pemerintahan tidak saling menunggu untuk melakukan tindak lanjut atas masalah yang muncul.
Untuk melaksanakan orientasi ini, pria kelahiran Subang, Jawa Barat ini menekankan sinergitas wilayah dalam lingkup terkecil.
"Ada 5.962 desa di Jawa Barat. Waktu para pemangku kebijakan di tingkat provinsi tidak akan cukup. Maka, caranya harus ada distribusi otonomi keuangan sampai tingkat terendah, tidak boleh tersentral," ujarnya.
Dedi Mulyadi melanjutkan, jika pemimpin di daerah lebih menitikberatkan pada sentralisasi kekuasaan maka efektivitas pembangunan tidak akan berjalan. Hal ini karena tidak terdapat pengelolaan pemerintahan yang berpihak pada kecepatan pelayanan.
"Kalau semakin tinggi kekuasaan dan semakin besar uang yang dikelola, itu malah tidak akan efektif. Ini soal pengelolaan pemerintah yang berorientasi kepada pelayanan, ujung tombaknya ada di unit pemerintahan terkecil," tuturnya.
Oleh sebab itu, dia memiliki spektrum khusus dalam memahami Indonesia terutama Jawa Barat. Seluruh daerah harus diperlakukan berdasarkan karakter daerahnya. Selama ini, karakter tersebut masih terabaikan oleh berbagai pihak.
"Saya mengartikan bahwa adanya Indonesia salah satunya karena ada karakter Jawa Barat. Begitu pun adanya Jawa Barat karena ada karakter Ciamis, Cirebon, Subang, Karawang dan daerah lain. Kita membutuhkan penguatan-penguatan karakter masing-masing wilayah," katanya.
Gagasan yang disampaikan oleh Dedi Mulyadi tersebut rupanya menarik perhatian calon Gubernur Jawa Barat nomor urut satu, Ridwan Kamil. Mantan Wali Kota Bandung tersebut mengaku sepakat dengan gagasan original milik Dedi Mulyadi.
Menurut dia, seluruh ide, gagasan dan program yang dipaparkan oleh Dedi Mulyadi adalah benar. Pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut, ide bisa diterapkan untuk kesejahteraan masyarakat Jawa Barat.
"Saya setuju dengan gagasan Kang Dedi. Kepemimpinan itu tidak boleh tersentral," ujarnya.
(mdk/rzk)